Monday, October 29, 2012
Siapa Aku..??
Pertemuan Dua Insan Ciptaan Allah…
Sebuah keluarga yang melahirkan seorang anak
laki – laki pertamanya, yang pada akhirnya anak laki – laki itu akan tumbuh
menjadi anak pertama dengan delapan orang adik. Dua tahun kemudian, sebuah
keluarga yang ada diseberang saja melahirkan anak ketiganya yang berjenis
kelamin perempuan.dimana anak perempuan ini akan menjadi anak ke tiga dengan
tiga orang adik dan dua orang kakak. Diawali dengan pertemuan dua insan ciptaan
Allah. Dimana sebelumnya mereka tak pernah bertemu. Dipertemuan disebuah K,KI
(Kelompok Kajian Islami). Tak pernah mengenal kata pacaran, hanya sebuah kata
ta’aruf yang mengantarkan mereka pada gerbang pernikahan, tentunya dengan
konsep islam yang baru – baru ini mereka geluti. Walimah. Tepatnya tahun 1989, mereka mengucapkan janji suci pernikahan untuk sehidup semati.
Sebelum Kelahiran Seorang Gadis Kecil…
Tahun 1990. Setahun mereka bersama, akhirnya
hal yang dinanti – nanti datang juga. Sang istri akhirnya mengandung. Tak
pernah dilakukan USG atau apapun itu untuk istilah pemeriksaan dengan tujuan mengetahui
jenis kelamin seorang janin yang tengah dinanti – nanti oleh sepasang suami
istri ini. Tak ada biaya untuk melakukan hal itu. Wednesday, April 17, 1991.
Pukul 08.00 wita. Sang istri merasakan kesakitan yang luar biasa pada perutnya.
Mungkin hal ini pertanda janin yang dikandungnya ingin merasakan dunia luar.
Segera pagi itu, sepasang suami istri beserta kedua keluarga besarnya meluncur
ke sebuah Rumah Sakit Bersalin “Mattiro Baji”. Rumah Sakit Bersalin yang
terletak di salah satu Ibu Kota Kabupaten tempat tinggalnya. Sesampai di Rumah
Sakit Bersalin tersebut, dibawalah sang istri masuk ke ruangan untuk bersalin. Namun
kesakitan itu harus dirasakan sang istri lebih lama lagi. Detik berganti menit,
menit berganti jam, jam berganti hari, kesakitan yang luar biasa terjadi lagi
hingga tanda – tanda persalinan telah nampak. Tak menunggu waktu yang lama sang
istri melakukan persalinan tanpa ditemani sang suami. Yaa seperti itulah
peraturan rumah sakit dahulu, sang suami tidak boleh menemani sang istri karena
takutnya sang suami akan pingsang melihat istrinya saat melahirkan. Sebuah
perjuangan yang luar biasa dari seorang istri yang sebentar lagi akan dipanggil
ibu, oleh seorang anak yang belum diketahui jenis kelaminnya. Sementara di luar
ruangan harap – harap cemas dari sang suami untuk kelahiran anaknya dengan
sehat dan harapan terhadap sang istri mampu berjuang untuk melahirkan sang
anak. Akhirnya di Sungguminasa, Thursday, April 18, 1991. Pukul 09.20 wita,
bersama tangisan yang sangat keras lahirlah seorang gadis perempuan kecil
pertama dari pasangan suami istri “Arifin Abdul Hamid” dan “Hamdana”. Cucu
pertama dari keluarga sang ayah dan cucu ke lima dari keluarga ibunya.
Kelahiran Gadis Kecil…
Saat dilakukan pengukuran antropometri dengan
Berat Badan …kg, panjang …cm. Berat badan yang bisa dikatakan tidak normal alias
Berat Badan Lahir Rendah bin premature. Gadis kecil harus kembali berjuang
untuk tetap hidup di dunia fana ini. Berhubung si gadis kecil lahir dengan
Berat Badan Rendah, yang mengharuskannya dirawat secara intensif. Lima hari kemudian,akhirnya
gadis kecil menang dalam perjuangannya untuk tetap hidup dan merasakan
hangatnya kasih sayang ayah dan ibunya serta orang – orang yang tengah menanti
– nanti kehadirannya. Gadis kecil boleh pulang bersama ibunya. Seperti biasa,
ritual Aqiqah tetap dilakukan pada hari ke tujuh kelahirannya. Bontotangnga,
Wednesday, April 24, 1991. Gadis kecil diberi nama “Nadwiyah MuhaRRikah” yang
selanjutnya akrab dipanggil “Dhiyah” oleh orang – orang yang ada di sekitarnya.
Umur 8 – 12 bulan
Sang gadis kecik sudah mampu melangkah tanpa
ada bantuan, kurang dari satu tahun, sang gadis kecil sudah bisa berjalan
dengan lancarnya. Perkembangan gadis kecil ini, mengingatkan orang – orang yang
ada di sekitarnya termasuk ayah dan ibunya ketika ia lahir dengan berat badan
premature.
Masa Prasekolah (1 -2,5 tahun, 2,5 – 5 tahun)
Tahun 1995 atau gadis kecil berusia empat
tahun, ayah dan ibunya memasukkannya ke sebuah sekolah Taman Kanak – Kanak “TK
Aisyiyah Bustanul Atfhal Jatia” tentunya untuk mendapatkan ilmu sedini mungkin.
Walaupun belum mampu membaca sebuah kata, tahun 1997 gadis kecil telah
menamatkan pendidikannya di Taman Kanak – kanak. Jatia, 6 Syafar 1418 H
bertepatan dengan 10 June 1997, gadis kecil dinyatakan Lulus dan siap untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Sekolah Dasar,
tentunya.
Usia Sekolah (5 – 11 tahun)
Tahun 1997 gadis kecil langsung didaftarkan
oleh kedua orang tuanya di salah satu sekolah dasar yang lokasinya dekat dengan
rumahnya “Sekolah Dasar Inpres Panciro”. Gadis kecil tumbuh menjadi anak yang
berprestasi di sekolahnya. Hanya rengking 1,2, yang pernah diraihnya ketika ia
duduk di bangku kelas 1, 2, dan 3. Dengan kecepatan membacanya melebihi anak –
anak normal pada umumnya. Namun sayang seribu sayang, prestasinya semakin hari
semakin menurun seiring berjalannya usia sampai ia menamatkan pendidikannya di
Sekolah dasar, ia tak pernah lagi mendapat rengking 1, 2. Bahkan lima besarpun
ia tak termasuk di dalamnya. Bontotangnga, 28 June 2003. Gadis kecil dinyatakan
“Lulus” dari sekolah dasar, yang selama enam tahun ia duduki. Ia menyelesaikan
Sekolah Dasar di usia 12 tahun.
Usia Remaja (11 – 18 tahun)
Tahun 2003, sebuah Sekolah Menengah Pertama
menerimanya sebagai salah satu siswi di “SMP Muhammadiyah Limbung”. Sebuah
sekolah islami dengan tujuan gadis kecil mendapatkan ilmu agama yang lebih
banyak lagi. Sebuah kejadian yang membuatnya berubah karakter dari gadis kecil
ramah, lembut menjadi gadis keras, menarik diri, isolasi social, harga diri
rendah. Namun semua itu tak membuat prestasinya menurun, bahkan gadis kecil
kembali menemukan jati dirinya menjadi siswi berprestasi. Di semester pertama
di sekolah menengah pertama, ia mendapat rengking 4, disusul sampai selesai
studynya -, 2, 5, 3, 2, dengan penilaian kepribadian : kelakuan “A”, kerajinan
“A”, dan kerapian “A”. Gowa, June 26, 2006, gadis kecil dinyatakan “Lulus” dari
Sekolah Menengah Pertama di usianya yang ke 15 tahun.
Tahun 2006 ia mencoba mendaftar Sekolah
Menengah Atas di dua tempat yang berbeda. Sekolah Menengah Kejuruan
Keperawatan, tentunya jurusan Keperawatan dan Sekolah Menengah Kejuruan jurusan
Akutansi. Nasib baik berpihak padanya, kedua sekolah menerimanya. Lulus murni,
lebih tepatnya. Namun gadis kecil memilih “Sekolah Menengah Kejuruan
Keperawatan Kharisma Gowa Raya” sebagai tempat untuk mendapatkan ilmu yang lebih
banyak lagi. Sebuah sekolah yang terletak di ibu kota kabupaten. “Dhiyah” si
gadis kecil, ia tak pantas lagi disebut sebagai gadis kecil. Prestasi yang
pernah disandangnya sewaktu SMP, kini hilang tanpa bekas. Ia tak pernah lagi
mendapatkan prestasi, ia tak mampu lagi membanggakan kedua orang tuanya dengan
prestasinya.
Masa Dewasa ( 19 – 21 tahun)
Tahun 2009. “Dhiyah”, adalah gadis kecil yang
sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang kuat, tangguh, tegar, yang insya Allah
mampu menanggung beban dunia. Dan mempertanggung jawabkan apa yang telah ia
lakukan selama hidupnya di akhirat kelak. “Dhiyah” adalah aku. aku adalah
“Dhiyah”. Akulah saksi perjalanan panjangku hingga saat ini aku mampu berdiri
di depan orang banyak. Aku terlahir dengan berat badan premature, namun saat
ini aku mampu bersaing dengan orang – orang yang lahir dengan berat badan
normal. Beribu perjuangan telah aku lalui sampai saat ini berusia 21 tahun, dan
tinggal menunggu bulan aku akan menyelesaikan study S1 ku.
Dia…
Dia, adalah wanita beriman kepada Allah.
Dia, istiqomah, berbungkus busana muslimah.
Dia khusyu’ dan jauhkan dari bermegah – megah.
Dia ramah, penjaga amanah.
Dia… Hiasan dunia paling indah.
Dia, wanita nan tengah dinanti – nanti oleh
Jannah.
Dialah wanita sholihah…
Abu
Fathan.
0 komentar:
Posting Komentar
Tulislah walau satu kata,.!!