Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Alzeimer (Asuhan Keperawatan ASKEP)


Askep
Asuhan Keperawatan Penyakit ALzeimer


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

      Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas. Penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun. Perkiraan terakhir menyatakan bahwa sekitar 10 % orang dalam kelompok usia ini menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas dalam  kalangan populasi usia lanjut, dan diperkirakan pada tahun 2050 akan ada 14 juta penderita penyakit ini. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan dampak bagi system pelayanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan kesehatan bagi rawat jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut dan dana riset ), tetapi juga akan menimbulkan stress bagi para anggota keluarga.
B.     Tujuan
1.      Memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medical Bedah
2.      Sebagai sumber informasi bagi rekan – rekan mahasiswa dalam menambah pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Pasien penderita penyakit Alzheimer.
3.      Dapat menjadi sumber pedoman dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan Pasien penderita penyakit alzheimer












BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    Konsep Dasar
      Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas. ( Patofisiologi : konsep klinis proses – proses penyakit, buku 2 hal 1003 ). Juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel – sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun ( Perawtan Medikal Bedah : jilid 1, hal 173 )
      Perkiraan terakhir menyatakan bahwa sekitar 10 % orang dalam kelompok usia ini menderita penyakit ini. Penyakit ini cepat meluas dalam  kalangan populasi usia lanjut, dan diperkirakan pada tahun 2050 akan ada 14 juta penderita penyakit ini. Penyakit ini tidak hanya menimbulkan dampak bagi system pelayanan kesehatan ( kebutuhan akan panti werda, pelayanan kesehatan bagi rawat jalan bagi orang dewasa, fasilitas perawatan akut dan dana riset ), tetapi juga akan menimbulkan stress bagi para anggota keluarga yang harus merawatnya.
B.     Etiologi
Sampai sekarang belum satupun penyebab penyakit ini  diketahui, tetapi ada tiga teori utama mengenai penyebabnya :
1.      Virus lambat dengan masa inkubasi 2 – 30 tahun
2.      Proses  otoimun ( dengan 2 tipe Amigdaloid )
3.      Keracunan Aluminium ( yang paling Populer )
Salah satu penyebab yang mempersulit penegakan diagnosa Alzheimer adalah bukti yang hanya didapat dari hasil outopsi.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mempunyai tiga tingkatan kondisi yang berbeda. Diagnosa Alzheimer ditegakkan setelah ditelusuri terjadi kehilangan daya ingatan diluar kondisi – kondisi berikut :
1.      Anemia pernisiosa
2.      Reaksi obat – obatan
3.      Ketidakseimbangan Hormonal
4.      Depresi
5.      Penyalahgunaan obat dan alcohol
6.      Tumr otak
7.      Meningitis kronis
8.      Trauma kepala
9.      Penyakit Pick
10.  Penyakit Parkinsonm dengan dimensia
Tanda dan gejala penyakit Alzheimer timbulnya progresif, kecepatan timbul bervariasi dari orang yang satu dengan orang yang lain. Pada beberapa kasus menurunnya kondisi sangat cepat, pada umumnya kekacauan berlangsung sedikit demi sedikit. Penyebab kematian biasanya pneumoni dan infeksi yang lain.

C.    Manifestasi Klinis

Gejala – gejalanya sangat bervariasi :
1.      Pada awal penyakit, kelupaan dan terjadi kehilangan ingatan atau memori yang rinci.
2.      Keterampilan – keterampilan social dan pola–pola prilaku tetap utuh (pada awalnya )
3.      Kelupaan termanifestasi banyak dalam tindakan keseharian sejalan dengan perkembangan penyakit, misalnya kehilangan arah dalam lingkungan yang sudah amat dikenal atau mengulang cerita yang sama
4.      Kemampuan untuk merumuskan konsep – konsep dan berpikir secara abstrak menghilang
5.      Dapat menunjukkan prilaku inpulsif yang tidak sesuai
6.      Perubahan kepribadian negatif, misalnya : menjadi depresi, mudah curiga, paranoid, bermusuhan dan bahkan mengamuk
7.      Keterampilan berbicara menyimpang pada suku – suku kata yang tidak berarti, agitasi dan peningkatan aktivitas fisik
8.      Akhirnya akan membutuhkan bantuan untuk semua aspek kehidupan

D.    Patofisiologi

Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan neuron – neuron hipokampus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak. Selain itu juga terjadi kekusutan neurofibliar yang difus pada plak senilis ( makin banyak plak senilis makin berat gejala – gejalanya ). Kedua perubahan  patologis terakhir ini bukan merupakan cirri khas penyakit Alzheimer, karena juga ditemukan pada penderita ensefalopati timah dan sindrom down. Hasil penemuan terakhir menunjukan adanya kaitan dengan kelainan neurotransmitter dan enzim – enzim yang berkaitan dengan metabolisme neurotransmitter tersebut. Tampak adanya penurunan dari kolin asetiltransferase.
Pada otopsi otak penderita penyakit Alzheimer menunjukan pengurangan neurotransmiterasetilkolin yang bermakna, beberapa otak bahkan hanya mengandung 10 % kadar normal. Beratnya demensia berkaitan langsung dengan penurunan asetilkolin pada otak. Penurunannya akan sangat jelas pada korteks serebri, hipokampus dan amigdala. Hal lain yang masih terus diselidiki oleh para peneliti adalah neurotransmitter peptida, oleh karena somatostatin menurun pada otak penderita penyakit Alzheimer. Factor tambahan lain yang juga masih dalam penyelidikan adalah neurotosisitas dari aluminium. Crapter et al. ( 1979 ) menyatakan bahwa ada kegagalan dalam sitem transfor membran pada pasien – pasien penyakit Alzheimer, yang memungkinkan interaksi antara aluminium dan kromatin yang menyebabkan perubahan patologi dalam sintesis protein dan perubahan neurofibriliar.

E.     Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik untuk penyakit Alzheimer tidak ada yang spesifik. CT Scan dipakai menelusuri kondisi abnormal yang lain. Seringkali percobaan neuropsikologi dapat mengetahui perubahan ketidak mampuan berpikir. Riwat keluarga sering membantu menegakkan diagnosa.
Pasien yang memperlihatkan gejala – gejala dimensia harus diperiksa untuk dideteksi terhadap kemungkinan adanya penyebab nutrisional, endokrin dan infeksi yang reversible. Selain dari pemeriksaan fisik dan neurologis yang lengkap, sering dilakukan pemeriksaan hitung sel darah lengkap elektrolit serum, vitamin B12 dan pemeriksaan fungsi thyroid.
Tes penglihatan dan pendengaran dilakukan untuk menentukan adanya penurunan ( kehilangan ) yang mungkin disebabkan oleh kontribusi pada disorientasi, alam perasaan yang melayang, perubahan persepsi sensoris ( salah satu dari gangguan kognitif ).

F.     Pengobatan

1.      Antipsikolitik seperti halopiridol, tioridozin, dapat digunakan untuk mengontol agitasi dan halusinasi
2.      Mallril, jarang digunakan karena adanya beberapa efek samping yang bersifat ektrapiramidal meningkatnya kekacauan mental, masalah penglihatan dan terutama gangguan berdiri dan berjalan.
3.      Vasodilatator seperti siklondelat, dapat meningkatkan kesadaran mental tetapi masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
4.      Ergoloid mesilat, meningkatkan metabolisme
5.      Anti depresi, mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur.
















BAB III

Asuhan Keperawatan



Dasar data pengkajian pasien :
6.      Aktifitas istirahat
Gejala        : merasa lelah
Tanda        : siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
                    Letargi dan gangguan keterampilan motorik.
7.      Sirkulasi
Gejala        : Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemk, hipertensi, episode emboli
8.      Integritas ego
Gejala        : curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi
                    Terhadap lingkungan, kehilangan multiple.
Tanda        : menyembunyikan ketidakmampuan, duduk dan menonton yang
                    lain,aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan
                                emosi labil
9.      Eliminasi
Gejala        : Dorongan berkemih
Tanda        : Inkontinensia urine / feaces
10.  Makanan/cairan
Gejala        : Riwayat episode hipoglikemia, perubahan dalam pengecapan, nafsu
                    makan, kehilangan berat badan.
Tanda        : kehilangan kemampuan untuk mengunyah, menghindari/menolak makan
                    dan tampak semakin kurus.
11.  Higene
Gejala        : Perlu bantuan tergantung orang lain
Tanda        : kebiasaan personal yang kurang, lupa untuk pergi ke kamar mandi dan
                    kurang berminat pada waktu makan.


12.  Neurosensori
Gejala        : Peningkatan terhadap gejala yang ada terutama perubahan kognitif,
                    kehilangan sensasi propriosepsi dan adanya riwayat penyakit serebral
                    vaskuler/sistemik seta aktifitas kejang.
13.  Kenyamanan
Gejala        : Adanya riwayat trauma kepala yang serius, trauma kecelakaan
Tanda        : Ekimosis laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
14.  Interaksi social
Gejala        : Merasa kehilangan kekuatan
Tanda        : Kehilangan kontrol social, prilaku tidak tepat

Diagnosa keperawatan

  1. Resiko terhadap trauma berhubungan dengan :
a.       Ketidakmampuan mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
b.      Disorientasi, bingung, gangguan dalam pengambilan keputusan
c.       Kelemahan, otot – otot yang tidak terkordinasi, adanya aktifitas kejang

Rencana Keperawatan

Intervensi
Rasinalisasi
o    Kaji derajat gangguan kemampuan kompetensi, munculnya tingkah laku yang impulsive dan penurunan persepsi visual. Bantu orang terdekat untuk mengidentifikasi resiko terjadinya bahaya yang mungkin timbul.
o    Hilangkan/minimalkan sumber bahaya dalam lingkungan




o    Alihkan perhatian klien ketika prilaku teragitasi atau bahaya seperti keluar dari tempat tidur dengan memanjat pagar tempat tidur tersebut
o    Penurunan persepsi visual meningkatkan resiko terjatuh. Mengidentifikasi resiko potensial di lingkungan dan mempertinggi kesadaran sehingga pemberi asuhan lebih sadar akan bahaya.

o    Seorang dengan gangguan kognitif dan gangguan persepsi merupakan awal untuk mengalami trauma sebagai akibat ketidak mampuan untuk bertanggung jawab terhadap kemampuan keamanan yang dasar atau mengevaluasi keadaan tertentu
o    Mempertahankan keamanan dengan menghindari konfrontasi yang dapat meningkatkan prilaku/meningkatkan resiko terjadinya trauma

  1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan :
a.       Degenerasi neuron irreversible
b.      Kehilangan Memori
c.       Konflik psikologis
d.      Deprivasi tidur

Rencana Keperawatan

Intervensi
Rasinalisasi
o    Kaji tingkat gangguan kognitif seperti perubahan orien tasi terhadap orang, tempat dan waktu, rentang perhatian, kemampuan berpikir. Bicarakan dengan orang terdekat mengenai perubahan tingkah laku yang biasa/lamanya masalah yang telah ada
o    Pertahankan lingkungan yang tenang menyenangkan


o    Tatap wajah ketika berbicara dengan pasien

o    Panggil pasien dengan namanya



o    Gunakan suara yang agak rendah dan berbicara perlahan pada pasien
o       Memberikan dasar untuk evaluasi/perbandingan yang akan datang dan mempengaruhi pilihan terhadap intervensi.



o       Kebisingan, keramaian, orang banyak biasanya merupakan sensori yang berlebihan dan dapat meningkatkan gangguan neuron
o       Menimbulkan perhatian, terutama pada orang – orang dengan gangguan perceptual
o       Nama merupakan bentuk identitas diri dan menimbulkan pengenalan terhadap realita dan individu

o       Meningkatkan kemungkinan pemahaman


  1. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan :
a.       Perubahan persepsi, transmisi dan atau integrasi sensori
b.      Keterbatasan berhubungan dengan lingkungan sosialnya

Rencana Keperawatan

Intervensi
Rasinalisasi
o    Kaji derajat sensori atau gangguan persepsi dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi individu yang termasuk didalamnya adalah penurunan penglihatan/pendengaran

o    Berikan sentuhan dalam cara perhatian

o    Gunakan permainan sensori untuk menstimulasi realita
o    Karena keterlibatan otak biasanya global, yaitu dalam persentasi kecil mungkin memperlihatkan masalah yang bersifat asimetrik yang menyebabkan pasien kehilangan kemampuan pada salah satu sisi tubuhnya
o    Dapat meningkatkan persepsi terhadap diri sendiri
o    Mengkomunikasikan kenyamanan melalui berbagai cara

  1. Perubahan pola tidur berhubungan dengan :
a.       Perubahan pada sensori
b.      Tekanan psikologik
c.       Perubahan pada pola aktivitas

Rencana Keperawatan

Intervensi
Rasinalisasi
o    Berikan kesempatan untuk istirahat/tidur sejenak, anjurkan latihan saat siang hari, turunkan aktivitas fisik/mental pada sore hari



o    Hindari penggunaan pengikatan secara terus menerus
o    Berikan makanan kecil pada sore hari
o    Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan yang dapat meningkatkan kebingungan, aktifitas yang terprogram tanpa stimulasi yang berlebihan dapat meningkatkan waktu tidur

o    Resiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu tidur
o    Meningkatkan relaksasi dengan perasaan mengantuk

Diagnosa lain yang mungkin timbul pada pasien dengan Alzheimer :
  1. Resiko terhadap perubahan pola nutrisi kurang/lebih dari kebutuhan berhubungan dengan :
a.       Perubahan sensori
b.      Kerusakan Penilaian dan koordinasi
c.       Agitasi
d.      Mudah lupa, kemunduran hobi dan penyembunyian
6.      Perubahan pola eliminasi konstipasi/inkontinensia berhubungan dengan :
a.       Kehilangan fungsi neurologis/tonus otot
b.      Ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar mandi/mengenali kebutuhan
c.       Perubahan diet atau pemasukan makanan           
7.      Resiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan  dengan :
a.       Kacau mental, pelupa dan disorientasi pada tempat atau orang
b.      Perubahan fungsi tubuh, penurunan dalam kebiasaan/kontrol prilaku
c.       Kurang keinginan/penolakan seksual oleh orang terdekat
d.      Kurang privasi
8.      Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan :
a.       Tingkah laku pasien yang tidak menentu/terganggu
b.      Keluarga berduka karena ketidak berdayaan menjaga orang yang dicintainya
c.       Hubungan keluarga sangat ambivalen


BAB IV

P E N U T U P




A. Kesimpulan

Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas, Namun sampai sekarang  belum satupun penyebab penyakit ini diketahui, tetapi  ada beberapa teori menjelaskan  mengenai penyebabnya.
Gejala penyakit ini sangat bervariatif diamana pada awal penyakit terjadi kehilangan ingatan dan memori yang rinci tetapi tidak mengganggu pola – pola prilaku, namun pada akhirnya penderita penyakit ini akan membutuhkan bantuan untuk semua aspek kehidupan sehari – hari. Untuk itu dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pasien penderita penyakit ini perlu melibatkan anggota keluarga.

















DAFTAR PUSTAKA


Brunner  and Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1, Edisi 8.
EGC, Jakarta. 2002

Sylvia A. P , Lorraine M. W. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit,
Volume 2, Edisi 4. EGC. Jakarta. 1995

     





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Tulislah walau satu kata,.!!