Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Trauma Leher (Asuhan Keperawatan,ASKEP)


TRAUMA LEHER


  1. PENGERTIAN
Trauma leher adalah suatu benturan yang mengenai bagian leher ( tenggorokan ) sebagai akibat terkena benda tumpul ataupun benda tajam.

  1. ETIOLOGI
Trauma leher terjadi sebagai akibat adanya kecelakaan lalu lintas dimana bagian dari kendaraan mengenai leher dan juga karena adanya tusukan benda tajam yang secara langsung mengenai leher

  1. KLASIFIKASI
1.      Trauma tumpul pada leher
2.      Trauma tajam pada leher

  1. MANIFESTASI KLINIK
Sebagai akibat dari trauma leher menyebabkan trauma saluran pernafasan yang mengakibatkan pemisahan persial krikotrakea robekan mukosa saluran pernafasan setinggi ini akan memberi gejala berupa; batuk, hemoptisis, dan emfisema subkutis pada leher.Bila trakea robek terlepas dari krokoidea, maka sokongan kaku ke saluran pernafasan oleh cincin trakea akan berkurang ditempat avulsi.
Pada trauma yang sedikit lebih tinggi, kertilago krokoidea remuk pada columna vertebralis dan lamina cartilago tiroidea terpecah menjadi dua yang memberikan gejala perdarahan.Cedera yang terjadi dikomisura anterior menyebabkan perdarahan kedalam jaringan lunak laring dan timbul sesak, nyeri timbul sewaktu menelan. Pada trauma tajam dileher dapat menyebabkan perdarahan yang kemungkinan akan memberikan gejala sesak

  1. PATOFISIOLOGI
Trauma leher sebagai akibat trauma tumpul terjadi bila dampak kecelakaan lalu lintas melemparkan penumpang kedepan, dengan kepala ekstensi sehingga visera servikalis kehilangan proteksi dagu serta mobilitas sisi kasisinya yang alamiah, leher menghantam dasbor atau pada kasus pengendara motor atau traktor salju akan menghantam stam, kadang – kadang trauma olahraga seperti hantaman tongkat hoki pada leher dapat mentranmatisasi leher dan obstruksi saluran pernafasan secara akut. Dan pasien akan menahan kepalanya dalam posisi ekstensi untuk mempertahankan lumen trakea sehingga perlukaan seperti ini juga mentranmatisasi satu atau kedua nervus laringeus rekuren, bila kedua saraf cedera maka timbul paralysis pita suara bilateral dan pita suara diduga mengambil posisi paramedian, dan obstruksi terjadi sebagai akibat penyempitan sela glotis secara akut. Dan sebagai kelanjutannya timbul obstruksi pernafasan progresif perlahan – lahan  aklibat pembengkakan jaringan lunak bersama perdarahan dan edema traumatic
Pada kondisi klien terlempar kedepan yang menghantam suatu objek  seperti dasbor akan menimbulkan fraktur laring
Pada trauma tajam leher sering disebabkan karena adanya tusukan pisau pada penganiayaan atau usaha bunuh diri, kadang - kadang akibat pecahan kaca pada kasus kecelakaan. Jika trauma tajam menembus sampai mukosa laring dari luka keluar darah yang berbuih karena adanya udara nafas dalam darah tersebut sehingga penderita terancam aspirasi kedalam paru – paru
  1. KOMPLIKASI
1.      Ruptur tenggorokan
2.      Fraktur laring
3.      Stenosis laring akibat penyembuhan yang membentuk jaringan parut
4.      Granuloma intubasi dapat terjadi sebagai komplikasi pemasangan pipa endotrakeal yang lama.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TRAUMA LEHER

  1. PENGKAJIAN DATA
Data subjektif
F  Klien mengatakan nyeri pada daerah luka
F  Klien mengatakan sulit bernafas
F  Klien mengatakan sulit bicara
F  Klien mengeluh nyeri bila menelan
F  Keluarga mengatakan klien terkena benda tajam
F  Keluarga mengatakan klien dianiaya
Data objektif
F  Klien tampak sukar bernafas dan sesak nafas
F  Klien tampak batuk dan keluar darah
F  Klien tampak pucat dan gelisah
F  Klien tampak cyanosis
F  Tampak keluar darah berbuih pada leher karena perdarahan
F  Klien sulit berbicara
F  Tanda – tanda vital : TD : 130/90 mmHg          Pernafasan : 32 x / mnt
    Nadi : 104 x / mnt              Suhu          : 36,9º C

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko tinggi aspirasi kedalam paru – paru b/d adanya perdarahan pada leher                    
2.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d gangguan kemampuan untuk bernafas, batuk dan menelan akibat trauma leher
3.      Nyeri akut b/d adanya perlukaan pada leher
4.      Kerusakan integritas kulit/ jaringan b/d aedanya luka trauma pada leher
5.      Gangguan komunikasi verbal b/d hambatan mengeluarkan suara

  1. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx. 1
Tujuan : tidak terjadi aspirasi kedalam paru – paru
Kriteria evaluasi :
§  Perdarahan berhenti
§  Tidak ada lagi cyanosis
§  Klien tidak pucat
Intervensi keperawatan
1.      Kaji tingkat perdarahan dan jumlahnya
Rasional :  Perdarahan yang banyak dapat memberikan efek yang berbahaya sehingga harus selalu dipantau untuk memberikan tindakan dengan cepat dan tepat
2.      Observasi tanda – tanda vital
Rasional :  Tanda – tanda vital merupakan indicator untuk menegtahui bila terjadi penurunan kesadaran secara progresif 
3.      Tinggikan bagian kepala tempat tidur 30 – 45 derajat
Rasional :  Untuk mencegah terjadinya aspirasi dan pengumpulan secret/ darah pada leher
4.      Kolaborasikan dengan dokter untuk tindakan trakeatomi
Rasional :  Tindakan trakeatomi dapat membersihkan/ mencuci luka, dieksplorasi dan luka dijahit kembali sehingga perdarahan berhenti
5.      HE kepada klien tentang pentingnya membatasi gerakan dari kepala dan leher
Rasional :  Untuk meningkatkan pemahaman klien tentang apa yang dialami dan mau bekerjasama dalam memecahkan masalahnya


Dx. 2
Tujuan : Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih/ jelas
Kriteria evaluasi :
§  Klien tidak sukar bernafas
§  Klien tidak cyanosis
§  Klien tidak pucat dan gelisah
Intervensi keperawatan
1.      Kaji frekuensi/ kedalaman pernafasan
Rasional :  Perubahan pada pernafasan dapat terjadi akibat obstruksi sehingga pola nafas tidak efektif
2.      Tinggikan kepaa 30 – 45 derajat
Rasional :  Posisi ini memudahkan kerja pernafasan dan ekspansi dada
3.      Dorong batuk efektif dan nafas dalam
Rasional :  Memobilisasi untuk membersihkan jalan nafas dan membantu mencegah komplikasi pernafasan
4.      Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian oksigen dan pemasangan intubasi trakeal
Rasional :  Pemberian oksigen dan pemasangan intubasi trakeal akan membantu kebutuhan oksigen klien
5.      HE pada klien tentang pentingnya batuk efektif
Rasional :  Untuk mengajarkan pada klien bahwa dengan batuk efektif akan memudahkan dalam bernafas

Dx. 3
Tujuan : menunjukkan nyeri hilang/ ketidaknyamanan dengan menurunnya tegangan dan rileks, tidur dan istirahat dengan tepat
Kriteria evaluasi :
§  Klien tidak merasa nyeri
§  Klien tidak gelisah
Intervensi keperawatan
1.      Kaji tingkat nyeri, skala dan intensitasnya
Rasional :  Untuk mengetahui sejauh mana nyeri dirasakan klien sehingga dapat memberikan intervensi yang tepat
2.      Sokong kepala dan leher dengan bantal, tunjukkan klien bagaimana menyokong leher selama aktivitas
Rasional :  Kurangnya sokongan, meningkatkan ketidaknyamanan dan dapat memperparah luka yang ada
3.      Berikan tindakan nyaman ( pijatan punggung, perubahan posisi ) dan aktivitas hiburan (melihat televisi, membaca, duduk )
Rasional :  Meningkatkan rileksasi dan membantu klien memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri/ ketidaknyamanan dapat menurunkan dosis/ frekuensi analgetik
4.      Anjurkan penggunaan perilaku menajemen stress ( tehknik relaksasi, bimbingan imajinasi )
Rasional :  Meningkatkan rasa sehat, dapat menurunkan kebutuhan analgetik dan meningkatkan penyembuhan
5.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat analgetik
Rasional :  Analgetik dapat menghilangkan rasa nyeri
6.      HE tentang pentingnya penggunaan perilaku menajemen stress
      ( Tehknik relaksasi dan bimbingan imajinasi )
Rasional :  Untuk meningkatkan pengetahuan klien betapa pentingnya penggunaan perilaku menajemen stress bila ada nyeri

Dx. 4
Tujuan : Menunjukkan waktu penyembuhan yang tepat tanpa komplikasi
Kriteria evaluasi :
§  Luka sembuh dengan baik
§  Tidak terjadi komplikasi

Intervensi
1.      Kaji warna kulit/ suhu dan pengisian kapiler pada area luka
Rasional :  Kulit harus berwarna merah mudah atau mirip dengan warna kulit sekitarnya sehingga bila ada kelainan perlu dicurigai adanya iskemi/ nekrosis jaringan
2.      Lindungi luka pada kulit dan jahitan dari tegangan dan tekanan
Rasional :  Tekanan plester atau tegangan pada jahitan dapat menganggu sirkulasi
3.      Bersihkan luka dengan cairan garam faal ( NaCl 0,9 % )
Rasional :  Mencegah pembentukan kerak dan menghindari meningkatnya ukuran luka
4.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotic
Rasional :  Antibiotik akan mencegah terjadinya infeksi dan dapat menyembuhkan luka dengan cepat
5.      HE tentang pentingnya melindungi luka pada kulit dan jahitan dari tegangan dan tekanan
Rasional :  Memberikan pemahaman pada klien bahwa luka harus dilindungi dari tegangan atau tekanan untuk memudahkan penyembuhan

Dx. 5
Tujuan : Mengidentifikasi/ merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat setelah sembuh dan mampu menyatakan kebutuhan dalam cara efektif
Kriteria evaluasi :
§  Klien dapat berbicara dengan lancar dan jelas
§  Klien mampu mengungkapkan kebutuhannya

Intervensi
1.      Kaji tingkat gangguan komunikasi bicara yang dialami klien
Rasional :  Untuk mengidentifikasi sejauh mana gangguan yang dialami klien sehingga dapat memilih tehknik komunikasi yang tepat
2.      Berikan pilihan cara komunikasi yang tepat bagi kebutuhan klien
Rasional :  Memungkinkan klien untuk menyatakan kebutuhan/ masalahnya
3.      Berikan waktu yang cukup untuk komunikasi
Rasional :  Kehilangan bicara dan stress menganggu komunikasi dan menyebabkan frustasi dan hambatan ekspresi
4.      Dorong komunikasi, terus menerus dengan dunia luar ( contoh : koran, televisi, radio, kalender dan jam
Rasional :  untuk merangsang klien didalam melakukan komunikasi dan meningkatkan kepercayaan diri klien
5.      Kolaborasi dengan tim kesehatan yang tepat, terapis, agen rehabilitasi
Rasional :  Untuk memberi kemampuan menggunakan pilihan suara dan metode bicara
6.      HE pada keluarga untuk selalu berkomunikasi dengan klien setiap saat
Rasional :  Untuk memberikan pemahaman pada keluarga klien bahwa Klien sangat memerlukan bantuan dari orang terdekatnya



DAFTAR PUSTAKA


R. Syamsu Hidayat dan Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Buku kedokteran EGC Edisi 2, Hlm 489.

Marilynn E. Doenges/ Mary Frances Moorhouse/ Alice C. Geisler, Rencana Asuhan keperawatan ( Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien ), Buku kedokteran EGC Edisi 3, Hlm 205 – 210, Tahun 2000

H. Nurbaiti Iskandar. Prof, Buku Ajar Telinga Hidung dan Tenggorokan, Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Hlm 366 dan hlm 411

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Suara saya jd serak setelah mengalami trauma leher..
Apakah nantinya bisa pulih kembali suaraku

Unknown mengatakan...

Sudah 6 bln ini suaraQ serak dan gk bisa keras..
Setelah d analisis pake laringoskop ternyata pita suaraQ tak berfungsi satu...
Apakah ada obatnya?..mohon pendapatnya
Terimakasih

Posting Komentar

Tulislah walau satu kata,.!!