Mata Kuliah :
Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengasuh : Sukriyadi, S.Kep, Ns, M.Kes
BSK
(Batu Saluran Kemih)
dan
RETENSI URINE
Disusun
oleh:
·
Muhammad Ridwan
NH.01.09.2
·
Muhammad Subhan NH.01.09.2
·
Muhammad Yusbar NH.01.09.2
·
Muhammad Firdaus NH.01.09.2
·
Mukrima Y NH.01.09.2
·
Munawarah Kasih NH.01.09.2
·
Musayyanah NH.01.09.2
·
Musdalifah NH.01.09.232
·
Musdalifah HD NH.01.09.233
·
Musfika Said NH.01.09.234
·
Mutmainnah Ahmad NH.01.09.235
·
Muthmainnah NH. 01.09.236
·
Mutmainnah Dahlan NH.01.09.237
·
Nadratunnaim NH.01.09.238
·
Nadwiyah MuhaRRikah NH.01.09.239
·
Nani Wahyuna NH.01.09.240
·
Nia Anita Galman NH.01.09.241
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani
Hasanuddin
Makassar
2012
KONSEP KEPERAWATAN BATU SALURAN KEMIH
&
RETENSI URINE
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Menurut Sjamsuhidrajat
R, IW (2004) neprolitiasis adalah batu di dalam saluran kemih (kalkulus uriner)
adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan
bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu
ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih
(batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis
renalis, nefrolitiasis). Sedangkan menurut Purnomo BB (2003) nefrolitiasis
suatu penyakit yang salah satunya gejalanya adalah pembentukan batu dalam
ginjal. Sedangkan yang dimaksud dengan
resistensi urin adalah Ketidakmampuan
untuk
melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau
dorongan terhadap hal tersebut.
Batu saluran kemih
sering dikaitkan dengan retensi
urine. Pasien yang mengalami BSK sebagian besar
akan mengalami resistensi urine hal ini disebabkan apabila batu pada
saluran kemih tersebut sudah menyebabkan obtruksi pada saluran kemih sehingga
terjadi penimbunan urine didalam vesika urinaria. Hal inilah yang menyebabkan
rasa ingin berkemih tapi tidak dapat terlaksana ( resistensi urine).
2. Insiden
· Swedia 13,7% orang mengalami
BSK
·
Semarang (Indonesia) 51,9/10.000 juga mengalami BSK
· Laki-laki > ditemukan batu ureter dan buli-buli dan
wanita ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal. Dan semua itu biasanya
diikuti dengan retensi urine
3. Etiologi
Ø Etiologi terjadinya retensi urine
a. Yang didapat
·
Disfungsi neurogenik kandung kemih
·
Refluks ureterovesikalis
b. Obstruksi fungsional
·
Atrofi otot detrusor
·
Cemas, seperti takut nyeri
·
Obat-obatan, seperti : anestesi, narkotika, sedatif dan antihistamin
c. Obstruksi mekanis
·
Struktur uretra
·
Malformasi saluran kemih
·
Malformasi sumsum tulang belakang
Ø Etiologi terjadinya batu ginjal
Menurut Suyono, S.,
et.al (2001) menyebutkan beberapa penyebab nefrolitiasis adalah
a. Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh
dengan garam-garam yang dapat membentuk batu
b. Air kemih kekurangan penghambat pembentukan batu yang
normal. Sekitar 80% batu terdiri dari kalsium, sisanya mengandung berbagai
bahan, termasuk asam urat, sistin dan mineral struvit.
c. Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan
fosfat) juga disebut batu infeksi karena batu ini hanya terbentuk di dalam air
kemih yang terinfeksi.
Batu saluran kemih dan
retensi urine memiliki
hubuingan sebab akibat. Seperti dijelaskan diatas, bahwa etiologi dari retensi urine disebabkan
obstruksi fungsional,
maupun mekanis. Dan obstruksi itu biasanya disebabkan oleh sumbatan pada
saluran kemih.
4. Gambaran Klinis
Menurut Smeltzer (2000)
menjelaskan beberapa gambaran klinis nefrolitiasis retensi urine :
- Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala.
- Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam.
- Gejala lainnya adalah retensi urine akibat obstruksi saluran kemih yang meyebabkan penimbunan cairan urin atau tertekanya saraf perkemihan sehingga terjadi retensi urine, oligouria, anuria dan inkontenensia urine.
5. Patofisiologi
Berikut ini
patofisiologi dari terbebtuknya batu saluran kemih
v Teori inti matriks
Terbentuknya
batu saluran kemih memerlukan
adanya substansia organic sebagai inti. Substansia organic ini terutama terdiri
dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan
agregasi substansi pembentukan batu.
v Teori Supersaturasi
Terjadinya
kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin seperti sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
Adapun mekanisme dari batu saluran kencing
sehinnga menyebabkan terjadinya resistensi urine akan digambarkan dalam diagram patway sebagai berikut:
6. Patologi
Batu bisa menyebabkan
infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan
terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga
terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, akan terjadi
penimbunan cairan urine sehingga dapat terjadi retensi urine. Penimbunan cairan juga dapat
menimbulkan hidronefron yang pada
akhirnya juga bisa menimbulkan kerusakan
ginjal. Selain itu batu pada saluran
kemih juga bisa menyebabkan respon nyeri
yang diakibatkan oleh pembesaran dari saluran kemih tersebut. Pembesaran
saluran kemih akan
memicu pelepasan mediator kimia yang dapat memyebabkan respon nyeri (Corwin,
2001)
7. Penatalaksanaan
Secara umum pasien yang
mengalami retensi
urine akibat BSK maka penanganan yang dilakukan adalah penanganan terhadap masalah
utamanya. Adapaun penanganan terhadap masalah BSK menurut Sjamsuhidrajat (2004)
menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :
a. Obat diuretik thiazid (misalnya
trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih
(8-10 gelas/hari).
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi
natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat
penghambat pembentukan batu kalsium) di dalam air kemih, diberikan kalium
sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air
kemih, yang menyokong terbentuknya batu kalsium, merupakan akibat dari
mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya bayam, coklat,
kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan makanan
tersebut dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat
penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme, sarkoidosis, keracunan vitamin D,
asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini sebaiknya dilakukan
pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan
daging, ikan dan unggas, karena makanan tersebut menyebabkan meningkatnya kadar
asam urat di dalam air kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat
bisa diberikan allopurinol.
i.
Batu
asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium
sitrat.
Sedangkan
menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasi adalah :
a. Terapi Medis dan Simtomatik
Terapi medis berusaha
untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Tetapi simtomatik berusaha untuk
menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum yang berlebihan/ banyak
dan pemberian diuretik.
b. Litotripsi
Pada batu ginjal,
litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser
melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi.
Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adaah ESWL. ESWL
(Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan memecahkan batu
ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah
dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor tindakan bedah lain adalah
niprolithomy adalah pengangkatan batu ginjal dengan adanya sayatan di abdomen
dan pemasangan alat, alat gelombang kejut, atau bila cara non bedah tidak
berhasil.
8. Pemeriksaan diagnostik dan laboratorium
a. Pemeriksaan diagnostik
·
Radiologi
Secara radiologi, batu
dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis
batu ginjal sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa yang
ditemukan.
·
Ultrasonografi
(USG) dilakukan pada pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan.
·
IVP,
yaitu pada keadaan-keadaan alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun dan pada wanita yang sedang hamil.
·
Rontgen
perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit.
Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena dan urografi retrograd.
b. Pemeriksaan laboratorium
·
Analisa
air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal batu
yang kecil. Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika
nyeri menetap lebih dari beberapa jam atau diagnosisnya belum pasti.
·
Batu
yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui secara tidak sengaja pada
pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis).
·
Pemeriksaan
tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah pengumpulan air kemih
24 jam
·
Pengambilan
contoh darah untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan bahan lainnya
yang bisa menyebabkan terjadinya batu.
9. Terapi
Terapik medik dan simtomatik
·
Terapik medik =>
mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu dengan dikelurkannya batu pada saluran kemih, maka retensi urine dapat teratasi juga
·
Pengobatan Simtomatik = >
mengusahakan agar nyeri khususnya kolik ginjal yang terjadi menghilang dengan
pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan minum berlebihan disertai
diuretikum bendofluezida 5 - 10 mg/hr.
·
Terapi mekanik
E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
·
Terapi pembedahan
Jika tidak tersedia alat
litotriptor
10. Rehabilitasi
Untuk menghindari
terbebtuknya kembali batu pada saaluran kemih maka perlu dilakukan upaya
rehabilitasi pada pasien, agar dapat segera pulih dan batu tidak kembali
terbentuk. Upaya- upaya pemulihan tersebut dapat berupa istirahat total guna
memulihkan fungsi tubuh utamanya pada pasien post op, kolaborasi dengan
beberapa obat. Dan untuk mecegah terbentuknya
kembali batu saluran ginjal, maka kontrol makanan atau diet sangat diperlukan
adapun diet yang dilakukan oleh pasien batu saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan
jenis batu pada saluran kemihmeliputi:
·
Batu kalsium à diet rendah kalsium mis : susu, keju, sayur
daun hijau
·
Batu asam urat à diet rendah purin mis :
daging berlemak, gandung
·
Batu strutive à diet rendah kalsium/pospat mis
: jelly karbonat, aluminium
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian keperawatan
a. Nyeri / rasa nyaman
b.
Nyeri Kolik
c.
Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
d.
Mengkonsumsi obat antibiotik terlalu lama.
e.
Riwayat Penyakit Keluarga Adanya riwayat Penyakit Ginjal, ISK.
f.
Pengetahuan klien tentang penyebab, gambaran klinik,
pengobatan dan perawatan, serta cara pencegahan
g.
Kapan eliminasi terakhir dan berapa banyak jumlah urine
h.
Apakah klien berkemih sedikit-sedikit tapi sering
i.
Apakah urine keluar dengan menetes
j.
Apakah ada massa bulat pada kandung kemih
k.
Apakah ada bunyi pekak pada daerah supra pubik
l.
Pemeriksaan Diagnostik.
·
Pemeriksaan urin
·
Pemeriksaan darah lengkap.
·
Radiologi / x-ray
·
IVP
·
CT. Scan
·
Retrograde Cystogram
2. Klasifikasi data
Berdasarkan data yang
didapat melalui pengkajian data dapat diklasifikasikan menjadi fua bentuk
yaitu:
a. Data subjektif
Merupakan data yang didapat
dari hasil pengakuan atau keluhan pasien itu sendiri.
b. Data objektif
Merupakan data yang
didapat dari hasil pengamatan perawat terhadap pasien.
3. Analisa data
a. Data : berisi data subjektif
dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan
b. Etiologi : berisi tentang penyakit yang diderita
pasien
c. Masalah : berisi masalah
yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan
suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
Ds : ekspresi wajah meringis
Do : nyeri
|
Penimbunan air kemih
Pembentukan batu saluran kemih
Cedera jaringan
Nyeri
|
Nyeri
|
|
Batu saluran kemih menyumbat aliran kemih
Bakteri terperangkap dalam air kemih
Terjadi infeksi
Retensi urine
Perubahan pola eliminasi
|
Perubahan pola eliminasi
|
|
Muntah
Kekurangan volume cairan
|
Kekurangan volume cairan
|
4. Daftar masalah
Masalah-masalah yang
dapat timbul pada pasien batu saluran kemih meliputi:
·
Nyeri
·
Perubahan
pola eliminasi
·
Retensi urine
·
Kekurangan
cairan akibat mual muntah dan gejala
intestinal lain
5. Diagnosa
keperawatan
Diagnosa keperawatan
disusun berdasarkan prioritas masalah yaitu meliputi:
·
Nyeri
b/d dengan cedera jaringan
sekunder
terhadap batu ginjal (Engram, 1998).
·
Perubahan
pola
eliminasi urine b/d
dengan adanya resistensi urine (Doenges, 1999)
·
Resiko defisit cairan b/d neusea, muntah.
6. Intervensi
Diagnose
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Nyeri b/d dengan cedera
jaringan sekunder terhadap
batu ginjal
|
mendemonstrasikan
rasa nyeri hilang
Dengan
Kriteria Hasil :
tak ada nyeri,
ekspresi wajah rileks, tak ada mengerang dan perilaku melindungi bagian yang
nyeri, frekwensi nadi 60-100 kali/menit, frekwensi nafas 12-24 kali/menit
|
1. Kaji
dan catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan penyebarannya. Perhatikan
tanda-tanda verbal : tekanan darah, nadi, gelisah, merintih
2. Jelaskan
penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan
kejadian/karakteristik nyeri
3. Berikan
tindakan untuk meningkatkan kenyamanan seperti pijatan punggung, lingkungan
nyaman, istirahat
4. Bantu
atau dorong penggunaan nafas berfokus, bimbingan imajinasi dan aktifitas
terapeutik
5. Dorong/bantu
dengan ambulasi sesuai indikasi dan tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya
3-4 l/hari dalam toleransi jantung
6. Kolaborasi,
berikan obat sesuai indikasi
7. Berikan
kompres hangat pada punggung
8. Pertahankan
patensi kateter bila digunakan
|
· Untuk menentukan
intervensi selanjutnya
· Mengetahui tingkat nyeri
dan intervensi selanjutnya
· Nafas dalam dapat membantu
otot perut sehingga memungkinkan otot perut ke jaringan
· Mengurangi rasa nyeri
|
Perubahan pola
eliminasi urine b/d
dengan adanya resistensi urine
|
klien berkemih dengan jumlah normal dan pola biasa
atau tidak ada gangguan
Kriteria Hasil :
jumlah urine 1500 ml/24 jam dan pola biasa, tidak
ada distensi kandung kemih dan oedema
|
1. Tentukan
pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi
2. Dorong
klien untuk meningkatkan pemasukan cairan
3. Periksa
semua urine, catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk
analisa
4. Selidiki
keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk distensi suprapubik. Perhatikan
penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung
5. Observasi
perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
6. Awasi
pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN kreatinin
7. Ambil
urine untuk kultur dan sensitivitas
8. Berikan
obat sesuai indikasi, contoh : Perhatikan
patensi kateter tak menetap, bila menggunakan
9. Irigasi
dengan asam atau larutan alkali sesuai indikasi
|
·
Menentukan
intervensi selanjutnya
·
Untuk
mengganti cairan yang hilang
|
Resiko defisit
cairan b/d neusea, muntah
|
Tidak terjadi defisit cairan.
Dengan
kriteria: TTV normal, tidak terjadi muntah, tugor kulit baik.
|
1. Amati dan catat kelainan spt muntah.
2.
Monitor tanda vital.
3.
Beri diet sesuai program.
4.
Kolaborasi pemberian cairan intra vena
|
·
Mengetahui intervensi selanjutnya
|
7.
Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan
mencakup pencapaian terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan
apabila tidak berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka
waktu panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi
0 komentar:
Posting Komentar
Tulislah walau satu kata,.!!