Tugas : KMB 2
Dosen Pengasuh : Sri Wahyuni
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA KLIEN
DENGAN PEMASANGAN GIPS
Oleh:
Kelompok II
Muhammad Ridwan
Muhammad Subhan S
Muhammad Yusbar
Muhammad Firdaus
Mukrima Y
Munawarah Kasim
Musayyana
Musdalifah
Musdalifah HD
Musfika Said
Mutmainnah Achmad
Muthmainnah
Mutmainnah Dahlan
Nadharatunnaim
Nadwiyah MuhaRRikah
Nani Wahyuna
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Nani Hasanuddin
Makassar
2012
A.
KONSEP TEORI
1. Definisi
Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan
untuk membungkus secara keras area yang mengalami patah tulang.
Gips adalah imobilisasi
eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh tempat gips dipasang (
brunner dan suddart, 2000 ).
Gips adalah balutan
ketat yang digunakan untuk immobilisasi bagian tubuh dengan menggunakan bahan
gips tioe plester dan fiberglass (Barbara Engram ,1999).
Jadi gips adalah alat
immobilisasi eksternal yag terbuat dari bahan mineral yang terdapat di alam
dengan formula khusus dengan tipe plster atau fiberglass.
2. Tujuan
Pemasangan Gips
untuk
menyatukan kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat
menyatu dan fungsinya pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang
patah tersebut dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang merata pada
jaringan lunak yang terletak didalamnya.
a.
Imobilisasi kasus pemasangan dislokasia sendi.
b.
Fiksasai fraktur yang telah direduksi.
c.
Koreksi cacat tulang (mis., skoliosis ).
d.
Imobilisasi pada kasus penyakit tulang satelah dilakukan
operasi (mis.,spondilitis)
e.
Mengoreksi
deformitas.
3. Jenis
– Jenis Gips
Kondi si yang ditangani dengan gips menentukan jenis dan
ketebalangips yang dipasang. Jenis-jenis gips sebagai berikut:
1.
Gips lengan pendek.
Gips
ini dipasang memanjang dari bawah siku sampai lipatan telapak tanga, dan
melingkar erat didasar ibu jari.
2.
Gips lengan panjang.
Gips
ini dipasang memanjang. Dari setinggi lipat ketiak sampai disebelah prosimal
lipatan telapak tangan. Siku biasanya di imobilisasi dalam posisi tegak lurus.
3.
Gips tungkai pendek.
Gips
ini dipasang memanjang dibawah lutut sampai dasar jari kaki, kaki dalam sudut
tegak lurus pada posisi netral,
4.
Gips tungkai panjang
Gips
ini memanjang dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai dasar jari
kaki, lutut harus sedikit fleksi.
5.
Gips berjalan.
Gips
tungkai panjang atau pendek yang dibuat lebih kuat dan dapat disertai telapak
untuk berjalan
6.
Gips tubuh.
Gips
ini melingkar di batang tubuh
7.
Gips spika.
Gips
ini melibatkan sebagian batang tubuh dan satu atau dua ekstremitas (gips spika
tunggal atau ganda)
8.
Gips spika bahu.
Jaket
tubuh yang melingkari batang tubuh, bahu dan siku
9.
Gips spika pinggul.
Gips
ini melingkari batang tubuh dan satu ekstremitas bawah (gips spika tunggal atau
ganda)
4. Bahan
– Bahan Gips
a.
Plester.
Gips
pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus . gulungan krinolin
diimregasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus ( Kristal gypsum ). Jika basah
terjadi reaksi kristalisasi dan mengeluarkan panas. Kristalisasi menghasilkan
pembalut yang kaku . kekuatan penuh baru tercapai setelah kering , memerlukan
waktu 24-72 jam untuk mongering. Gips yang kering bewarna mengkilap ,
berdenting, tidak berbau,dan kaku, sedangkan gips yang basah berwarna abu-abu
dan kusam, perkusinya pekak, terba lembab, dan berbau lembab.
b.
Nonplester.
Secara
umum berarti gips fiberglass, bahan poliuretan yang di aktifasi air ini
mempunyai sifat yang sama dengan gips dan mempunyai kelebihan karna lebih
ringan dan lebih kuat, tahan air dan tidak mudah pecah.di buat dari bahan
rajuutan terbuka, tidak menyerap, diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat
mencapai kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.
c.
Nonplester berpori-pori
Sehingga
masalah kulit dapat di hindari . Gips ini tidak menjadi lunak jika terkena
air,sehingga memungkinkan hidro terapi. Jika basah dapat dikeringkan dengan
pengering rambut.
5. Bentuk
– Bentuk Pemasangan Gips
a.
Bentuk
lembaran sehingga gips menutup separuh atau dua pertiga lingkaran permukaan
anggota gerak.
b.
Gips
lembaran yang dipasang pada kedua sisi antero-posterior anggota gerak sehingga
merupakan gips yang hampir melingkar.
c.
Gips
sirkuler yang dipasang lengkap meliputi seluruh anggota gerak.
d.
Gips
yang ditopang dengan besi atau karet dan dapat dipakai untuk menumpu atau
berjalan pada patah tulang anggota gerak bawah
6. Indikasi
Pemasangan Gips
a.
Untuk
pertolongan pertama pada faktur (berfungsi sebagai bidal).
b.
Imobilisasi
sementara untuk mengistirahatkan dan mengurangi nyeri misalnya gips korset pada
tuberkulosis tulang belakang atau pasca operasi seperti operasi pada skoliosis
tulang belakang.
c.
Sebagai
pengobatan definitif untuk imobilisasi fraktur terutama pada anak-anak dan
fraktur tertentu pada orang dewasa.
d.
Mengoreksi
deformitas pada kelainan bawaan misalnya pada talipes ekuinovarus kongenital
atau pada deformitas sendi lutut oleh karena berbagai sebab.
e.
Imobilisasi
untuk mencegah fraktur patologis.
f.
Imobilisasi
untuk memberikan kesempatan bagi tulang untuk menyatu setelah suatu operasi
misalnya pada artrodesis.
g.
Imobilisas
setelah operasi pada tendo-tendo tertentu misalnya setelah operasi tendo
Achilles.
h.
Dapat
dimanfaatkan sebagai cetakan untuk pembuatan bidai atau protesa.
7. Tekhnik
Pemasangan Gips
a.
Persiapan alat
1)
Bahan gips dengan ukuran sesuai ekstremitas tubuh yang
akan di gips
2)
Baskom berisi air biasa ( untuk merendam gips )
3)
Baskom berisi air hangat.
4)
Gunting perban .
5)
Bengkok.
6)
Perlak dan
alasnya.
7)
Waslap.
8)
Pemotongan gips .
9)
Kasa dalam tempatnya.
10)
Alat cukur.
11)
Sabun dalam
tempatnya.
12)
Handuk.
13)
Krim kulit.
14)
Spons rubs
15)
Padding
b.
Prosedur kerja.
1)
Siapkan klien dan jelaskan prosedur yang akan
dikerjakan.
2)
Siapkan alat –alat yang akan digunakan untuk
pemasangan gips .
3)
Daerah yang akan dipasang gips dicukur, dibersihkan,
dan dicuci dengan sabun, kemudian dikeringkan dengan handuk dan diberi krim
kulit.
4)
Sokong ekstremiras atau bagian tubuh yang akan digips
.
5)
Posisikan dan pertahankan bagian yang akan di gips
dalam posisi yang ditentukan dokter selama prosedur.
6)
Pasang spongs
rubbs ( bahan yang menyerap keringat ) pada bagian tubuh yang akan dipasang
gips, pasang dengan cara yang halus dan tidak mengikat. Tambahkan bantalan (
padding ) di daerah tonjolan tulang dan pada jalur syaraf.
7)
Masukkan gips dalam baskom berisi air, rendam beberapa
saat sampai gelembung – gelembung udara dari gips harus keluar. Selanjutnya,
diperas untuk mengurangi jumlah air dalam gips.
8)
Pasang gips secara merata pada bagian tubuh.
Pembalutan gips secara melingkar mulai dari distal ke proksimal tidak terlalu
kendur atau terlalu ketat. Pada waktu membalut, lakukan dengan gerakan
bersinambungan agar terjaga ketumpah tindihan lapisan gips. Dianjurkan dalam
jarak yang tetap. Lakukan dengan gerakan yang bersinambungan agar terjaga
kontak yang constant dengan bagain tubuh.
9)
Setelah selesai pemasangan, haluskan tepinya, potong
serta bentuk dengan pemotongan gipa atau cutter.
10)
Bersihkan partikel bagian gips dari kulit yang
terpasang.
11)
Sokong gips selama pengerasan dan pengeringan dengan
telapak tangan. Jangan diletakkan pada permukaan keras atau pada tepi yang
tajam dan hindari tekanan pada gips.
8. Tekhnik
Pelepasan Gips
a.
Alat yang diperlukan untuk pelepasan gips.
1)
gergaji listrik/pemotongan gips.
2)
gergaji kecil manual.
3)
gunting besar.
4)
baskom berisi air hangat.
5)
gunting perban.
6)
bengkok dan
plastic untuk tempat gips.
7)
sabun dalam tempatnya.
8)
handuk .
9)
perlak dan alasnya.
10)
Waslap.
11)
krim atau
minyak
b.
Cara pelepasan
gips
1)
jelaskan pada klien prosedur yang akan dilakukan.
2)
yakinkan klien bahwa gergaji listrik atau pemotongan
gips tidak akan mengenai kulit.
3)
gips akan dibelah dengan menggunakan gergaji listrik.
4)
gunakan pelindung mata pada klien dan petugas pemotong
gips.
5)
potong bantalan gips dengan gumting.
6)
sokong bagian tubuh ketika gips dilepas.
7)
cuci dan keringkan bagian yang habis di gips dengan
lembut, oleskan krim atau minyak.
8)
ajarkan klien secara bertahap melakukan aktivitas
tubuh sesuai program terapi.
9)
ajarkan klien agar meninggikan ekstremitas atau
menggunakan elastis perban jika perlu untuk mengontrol pembengkakan.
9. Hal
– Hal yang perlu diperhatikan dalam Pemasangan Gips
a.
Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan.
b.
Gips patah tidak bisa digunakan.
c.
Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat
membahayakan klien.
d.
Jangan merusak / menekan gips.
e.
Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips /
menggaruk.
f.
Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu
lama.
10. Kelebihan
Pemasangan Gips
a.
Mudah
didapatkan.
b.
Mura
dan mudah dipergunakan oleh setiap dokter.
c.
Dapat
diganti setiap saat.
d.
Dapat dipasang dan dibuat cetakan sesuai
bentuk anggota gerak.
e.
Dapat
dibuat jendela/lubang pada gips untuk membuka jahitan atau perawatan luka
selama imobiliasi.
f.
Koreksi
secara bertahap jaringan lunak dapat dilakukan membuat sudut tertentu.
g.
Gips
bersifat rediolusen sehingga pemeriksaan foto rontgen tetap dapat dilakukan
walaupun gips terpasang.
h.
Merupakan
terapi konservatif pilihan untuk menghindari operasi.
11. Kekurangan
Pemasangan Gips
a.
Pemasangan
gips yang ketat akan memberikan gangguan atau tekanan pada pembuluh darah,
saraf atau tulang itu sendiri.
b.
Pemasangan
yang lama dapat menyebabkan kekakuan pada sendi dan mungkin dapat terjadi.
1)
Disus
osteoporosis dan atrofi.
2)
Alergi
dan gatal-gatal akibat gips.
3)
Berat
dan tidak nyaman dipakai oleh penderita.
12. Perawatan
Gips
a.
Gips tidak boleh basah oleh air atau bahan lain yang
mengakibatkan kerusakan gips.
b.
Setelah pemasangan gips harus dilakukan follow u yang
teratur, tergantung dari lokalisasi pemasangan.
c.
Gips yang mengalami kerusakan atau lembek pada beberapa
tempat, harus diperbaiki.
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Data Demografi
1) Pengkajian
1.
Biodata Pasien
a)
Nama :
Tn “Z”
b)
Umur :
21 tahun
c)
Jenis kelamin : Laki – laki
d)
Agama : Islam
e)
Pendidikan : -
f)
Pekerjaan : Mahasiswa
g)
Suku/ Bangsa : Makassar/ Indonesia
h)
Alamat : Makassar
2.
Identitas Penanggung
a)
Nama :
Tn “Y”
b)
Umur :
45 tahun
c)
Jenis kelamin : Laki – laki
d)
Agama : Islam
e)
Pendidikan : S1
f)
Pekerjaan : PNS
g)
Suku/ Bangsa : Makassar/ Indonesia
h)
Alamat : Makassar
i)
Hub. Dengan Klien : Ayah kandung
II.
KELUHAN UTAMA
III.
RIWAYAT KESEHATAN ( sekarang )
Riwayat kesehatan masa lalu :
·
Klien tidak pernah dioperasi
sebelumnya.
·
Klien tidak pernah mengalami
kecelakaan sebelumnya.
·
Klien tidak pernah dirawat di RS
sebelumnya.tidak ada riwayat alergi makanan, minuman dan debu.
Riwayat
kesehatan keluarga :
Genogram 3 generasi
G1
G2
G3
Keterangan:
:
laki - laki
: perempuan
: meninggal
: umur tidak diketahui
: klien
: perkawinan
: keturunan
Catatan:
G1 : kakek dari ayahnya
meninggal karena factor usia
Nenek dari ayahnya masih hidup
Kakek dan
nenek dari ibunya masih hidup
Kakek dan neneknya tidak ada yang menderita
penyakit keturunan
G2 : ayah dan ibunya masih
hidup
Semua saudara ayah dan ibunya masih hidup
semua
saudara dari ayah dan ibunya, tidak ada yang menderita penyakit
G3 : klien anak tunggal
Klien tidak mempunyai penyakit lain
IV.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Klien dikenal
sebagai anak yang baik dalam lingkungan. Klien mudah beradaptasi dan bergaul
dengan teman – teman disekitarnya. Selama dirawat di RS klien cukup kooperatif
dengan perawat dan klien lain.
V.
RIWAYAT SPRITUAL
Klien menganut agama islam, klien taat
menjalankan ibadah, selama di RS klien tidak pernah shalat karena kondisinya
yang tidak memungkinkan untuk beraktifitas.
VI.
PEMERIKSAAN FISIK.
- Keadaan umum / status generalis : KU lemah / sakit sedang.
- Kesadaran : Composmentis
- Nilai GCS : 15
1.
Primary survey
T D : 110/80 mmHg Suhu
: 37ºC
Nadi : 88 x/mnt Pernafasan : 24 x/mnt.
2.
Secondary survey
Ø
Regio Facialis
F
Infeksi : Nampak luka lecet, oedema (-), perdarahan (+).
F
Palpasi : Nyeri tekan, krepitasi.
Ø
Regio orbitalis dextra
F
Infeksi : Nampak hematom, perdarahan (-).
F
Papasi : Nyeri tekan, krepitasi (-).
Ø
Regio femoralis
F
Infeksi : Nampak luka lecet, memar (+).
F
Papasi : Nyeri tekan (-), krepitasi (-).
Ø
Regio radius – ulna sinistra.
F
Infeksi : Nampak luka lecet (+) , perdarahan (-).
F
Papasi : Nyeri tekan (+), krepitasi (+).
3.
System Pernafasan
F
Hidung : Struktur simetris kiri dan kanan, tidak
ada polip, fungsi penciuman baik.
F
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran vena jugularis.
F
Dada : Bentuk dada simetris ki / ka, gerakan
dada simetris.
4.
Sistem Kardiovaskuler
Batas bunyi
jantung terdengar keras, tidak ada nyeri dada, tidak ada distensi vena
jugularis, arteri carotis teraba, bunyi jantung normal.
5.
System Pencernaan .
Bibir nampak
kering, lidak agak kotor, tidak ada stomatitis, tidak ada caries pada gigi,
fungsi mengunya baik, tidak ada masalah dalam menelan dan mengecap.
F
Infeksi : Bentuk datar simetris , turgor kulit
baik, tidak nampak benjolan / acietas, tidak ada bekas luka operasi.
F
Palpasi : Tidak ada spenomegali
F
Auskultasi : Peristaltik usus (+) :
18 x/m.
F
Perkusi : Nyeri (+), tidak ada pembesaran limpa,
tidak ada pembesaran hati.
6.
System Indera
F
Mata :
Visus normal, nampak hematom pada mata kanan, peradangan (-), conjungtiva
pucat.
F
Hidung : Struktur simetris ki / ka, tidak ada
polip, tidak ada peradangan
F
Telinga : Struktur simetris ki / ka, tidak ada
peradangan ,fungsi pendengaran dan keseimbangan baik.
7.
Sistem Persyarafan
Klien mengeluh
pusing, bentuk kepala mussosepal, kesadaran komposmentis, sensibilitas dapat
membedakan rasa nyeri, raba dan suhu, koordinasi baik, refleks baik.
8.
Sistem Muskuloskletal
Tonus otot
kurang, kekutan otot lemah, klien mengeluh lemah, nampak patah terbuka pada
lengan / radius ulna sinistra, nyeri tekan (+), krepitasi. (-).
9.
Sisten Integumen
Turgor kulit
baik, kulit terasa lembab, rambut lurus dan mudah rontok, tidak ada hiper
pigmentasi kulit, edema pada kaki (-).
10. Sistem
Endokrin
Tremor (-),
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara tidak terdengar serak, tidak ada
eksoptalmus.
11. Sistem
Perkemihan
Tidak ada
distensi kandung kemih, disuria (-), Inkontinentia (-), tidak ada peradangan.
12. System
Reproduksi
Tidak ditemukan
riwayat kelainan.
13. Sistem
immun
Tidak ada
riwayat alergi.
VII.
AKTIFITAS SEHARI – HARI
A.
Nutrisi
Nutrisi
|
Sebelum Sakit
|
Saat sakit
|
Frekuensi
Jenis makanan
Makanan pantangan
Makanan kesukaan
|
3x sehari
Nasi, sayur,
lauk pauk, buah
-
Tidak
spesifik
|
3x sehari
(porsi makan tidak dihabiskan
Diet bubur
-
-
|
B.
Cairan
Cairan
|
Sebelum sakit
|
Saat sakit
|
Jenis minuman yang dikomsumsi
Frekuensi minum
|
Air putih dan
susu
8 – 10 gelas/
hari
|
Air putih dan susu
8 – 10 gelas/ hari, dibantu infus
Rl
|
C.
Eliminasi
Eliminasi
|
Sebelum sakit
|
Saat sakit
|
BAK
Kebiasaan
Tempat pembuangan
Frekuensi
Warna
Bau
|
-
Wc
5 – 6x/hari
Kuning muda
Pesing
|
Tidak ada perubahan
|
BAB
Kebiasaan
Tempat pembuangan
Konsistensi
Warna
|
Pagi hari
Wc
Padat
Kuning
kecoklatan
|
Tidak ada perubahan
|
D.
Istirahat/ tidur
Sitirahat/
tidur
|
Sebelum sakit
|
Saat sakit
|
Tidur malam
Tidur siang
|
22.00 – 05.00
14.00 – 15.00
|
Kurang tidur karena nyeri
|
E.
Olahraga
Ø
Klien senang bermain sepak bola
Perubahan Selama sakit → Klien tidak mampu melakukan aktivitas
tertentu.
F.
Personal Hygiene
Personal
Hygiene
|
Sebelum sakit
|
Saat sakit
|
Kebiasaan mandi
Menyikat gigi
Keramas
|
2x/hari
2x/hari
2x/seminggu
|
Dibantu keluarga
|
G.
Rekreasi .
Klien senang nonton TV , jalan – jalan, dengar musik.
VIII.
Pemeriksaan diagnostic
F
Pemeriksaan laboratorium
RBC : 21,9 103
/ mm 3 ( normal : 4.0 –
10.0 )
F
Rongent photo → fraktur radius ulna
(s) ⅓ distal terbuka grave III
IX.
Terapi medik
F
Injeksi Bactecyn 1 gr / 12 jam F
Injeksi ulsikur 1 amp / 12 jam.
F
Injeksi Kalnex 1 amp / 12 jam F Injeksi Antrain 1 amp / 8 jam.
KLASIFIKASI
DATA
DS
|
DO
|
·
klien mengatakan adanya rasa gatal
atau nyeri
·
klien mengatakan keterbatasan
gerak
·
klien mengatakan Rasa panas pada daerah yang
terpasang gips
·
Klien mengeluh lemah
·
Klien mengatakan takut untuk
bergerak
|
·
Klien Nampak meringis
·
Nampak luka pada bagian yang akan
digips. Misalnya, luka operasi, luka akibat patah tulang
·
Nampak pembengkakan pada daerah
yang terpasang gips,
·
Nampak sianosis
·
Nampak perdarahan
·
Nampak iritasi kulit
·
Nampak bau atau cairan yang keluar
dari bagian tubuh yang di gips.
·
Kekuatan otot lemah
·
Klien Nampak terpasang gips
·
Tonus otot berkurang
·
Kebersihan diri dibantu oleh
keluarga
|
ANALISA DATA
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
Cemas
|
||
Ds:
·
Klien mengatakan nyeri
·
Klien mengeluh lemah
Do:
·
Klien Nampak meringis
·
Tonus otot berkurang
·
Klien Nampak terpasang gips
|
Benturan
Fraktur
Merangsang
pengeluaran (bradikinin, serotonin, histamine)
Saraf – saraf
Hipotalamus
Kortex
serebri
Persepsi
nyeri
Gangguan rasa
nyaman
|
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
|
Ds :
Do :
·
Nampak iritasi kulit
|
Kerusakan
integritas kulit
|
|
Ds:
·
Klien mengeluh nyeri dan gatal
·
Klien mengeluh lemah
·
Klien mengatakan takut untuk
bergerak
Do:
·
klien mengatakan keterbatasan
gerak
·
kekuatan otot lemah
·
klien Nampak terpasang gips
·
tonus otot berkurang
·
kebersihan diri dibantu oleh
keluarga
|
Fraktur
Pemasangan
Gips
Bedrest
Gangguan
mobilisasi fisik
|
Gangguan
mobilisasi fisik
|
2) DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1.
Cemas yang b/d kurangnya pengetahuan
prosedur pemasangan gips .
2.
Gangguan rasa nyeri b/d terpasngnya
gips .
3.
Kerusakan integritas kulit b/d
adanya penekanan akibat pemasangan gips
4.
Hambatan mobilitas fisik b/d
pemasangan gips.
0 komentar:
Posting Komentar
Tulislah walau satu kata,.!!