Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Mereka (Cerpen)


Saturday, December 03, 2011
Mereka…
Riuh adalah suasana ruangan jika tak ada dosen. Disaat menunggu dosen, kami sering gunakan waktu yang terbuang untuk bercerita dengan teman. Tak tahu darimana awalnya, terkadang cerita kami sampai pada pengalaman masa lalu, pengalaman saat BPKM (Basic Pengembangan Kepribadyan Mahasiswa Baru), pengalaman masa – masa sekolah SMA dulu, pengalaman yang telah terjadi sekitar tiga tahun lalu.

Hal itu yang terjadi di ruanganku hari ini. Kami menunggu dosen di Local A, sebuah ruangan yang berada di kampus II. Seperti biasa, ruangan ini riuh oleh suara keras dan kata yang tak jelas dengan ciri khas membentuk pulau – pulau berdasarkan teman dekat. Namun tidak dengan aku. Aku menepikan diri dari kelompok yang sering ku temani melukis tawa, karena cerita masa lalu. Hari ini, berbagai rasa bercampur aduk dalam pikiranku. Hatiku terasa hampa, kosong dan tak satupun kicauan teman yang terdengar di relung – relung jiwaku. Olehnya, aku lebih memilih mengikuti bisikan hati untuk duduk sendiri di pojok belakang ruangan yang setiap harinya kami jadikan sebagai tempat untuk menerima transferan ilmu, dari para dosen yang senang hati mentransfer ilmu pada kami. Orang – orang bodoh... 
* * * 

Ku letakkan tubuhku pada sebuah kursi yang jauh dari hiruk pikuk pulau – pulau dalam ruangan ini. Aku duduk sendiri dengan buku yang sengaja ku genggam di tanganku. Aku mulai membukanya dan mencari lembaran dengan tanda batas lembaran yang telah ku baca sebelumnya. Aku membaca buku yang sangat membosankan, menurut teman – temanku namun bagiku buku ini adalah teman sejatiku yang tak pernah lelah mengikuti ayunan langkahku.

Tiba – tiba aku berhenti dari serunya cerita dalam buku yang menjadi kobaran api yang mampu membakar semangatku, yang membuatku mampu bertahan hidup menjadi diriku. Apa adanya....

Aku masih belum percaya, mengapa bisa berada diantara jejeran orang - orang yang tidak pernah ku harapkan kehadirannya, yang tidak pernah ku berdoa untuk kedatangannya, dan tak pernah ku inginkan mereka hadir dalam hidupku. Mereka ku anggap seperti sampah yang telah mengotori lautan hatiku. Mereka ibarat parasite yang menggorogoti jiwaku.
***

Aku mengamati wajah satu persatu dari teman namun ketika mereka melihat tatapanku padanya, mereka menebar senyumannya untukku, jika mereka tahu apa yang ada di dalam hatiku, jangankan mereka senyum, melihat wajahku sedetikpun itu sangat memuakkan. Tapi sebuah senyum yang baru ku sadari bahwa itu bukan senyum yang pertama melainkan senyum yang ke sekian kalinya, bahwa senyum itu dari dalam hatinya yang sengaja mereka berikan untukku.

Aku tertunduk dalam dyam dibalik suasana ruangan yang melebihi suasana pasar ikan yang setiap harinya beroperasi untuk memenuhi kebutuhan lauk pauk manusia. Rasa bersalahpun muncul dalam benakku,
“kenapa kotornya isi hatiku tentangnya, mereka malah membalas dengan senyuman yang menyejukkan hatiku saat ini,.??? Mengapa mereka tersenyum padaku saat hatiku menghina – hina mereka,..??? Mengapa senyuman mereka mampu menjernihkan pikiranku,.??? Ada apa dengan orang – orang yang ada di ruangan ini,..??? Terbuat dari apakah hati mereka, sampai –sampai mereka masih bisa tersenyum padaku,..???”.

Ku coba mencari jawaban dari pertanyaanaku dengan ku ulangi tatapanku pada satu persatu teman yang membuatku penasaran terhadap hatinya.

Lisa...
Kesabarannya menggugah hatiku untuk lebih mengenalnya. Aku sering meremehkannya, membuat bibirnya tak berkutik karena kata – kataku terlalu mengiris. Tapi, tak pernah ku dengar dari decahan nafasnya untuk membalas sikap buruk aku padanya.
Lisa,,,, dapatkah aku sepertimu,.???”.

Ayhu…
Aku mengenal dirinya dari seringnya ia kerja kelompok dengan teman dekatku. Ayhu.pun dikenal sebagai orang yang jenius tapi dengan kerendahan hatinya, ia mau berteman dengan aku yang tak sedikitpun ada yang bisa dibanggakan dari diriku.
“Yu,,, mengapa kamu mau berteman denganku,.??”.

Kania…
Dibalik kepandaiannya, ia kritis pada berbagai hal dan mampu menempatkan dirinya pada apa yang menjadi kemauannya.
“Kania ajari aku seperti dirimu,.!!”.

Marwah
Dengan keramahannya pada siapapun yang dikenalnya. Termasuk padaku, ketika awal pertemuan kami 3 tahun lalu.
“Marwah, jika kamu membuka kursus sntuk melatih sifat ramah pada orang lain, aku mau kok jadi muridmu,.!! (he..he..he.. www.Lebay.com)”.

Tia…
Kelembutan hatinya terpancar hingga ke suaranya dan menyejukkan hati siapapun yang mendengar suaranya. Tia mampu meluruhkan
“Tia, apa sih resepnya,.??”.

Silfy…
Aku merasa bersalah terhadapnya, dengan ilmu yang sangat sedikit, ku coba untuk menyombongkan diri di depannya alhasil Silfy tak mau lagi dekat denganku.
“kalau ada yang tidak kamu tahu, tanya saja ke aku, aku pasti jawab kok,.!!” (uugghhh… dasar aku yang sombong).

Intan…
Walaupun orangnya sangat menjengkelkan pada setiap orang tapi padaku tidak, ia sangat menghargaiku dan meletakkanku sejajar dengan sahabat – sahabatnya.
“makasih, Intan”.

Dinda…
Dya senang berbagi pada siapa saja termasuk aku, bisa hidup dimanapun ia berada.
(berbagi ilmu, pastinya…).

Silla…
Wanita feminim namun tangguh. Ia mampu bersaing dengan para pria yang luar biasa. Silla.pun pernah ku kecewakan namun ia tetap mengirimkan aku info ketika ada permasalahan dalam kelas.
Silla, terima kasih atas infonya,.!!”.

Najib…
Seorang pria dewasa dengan ketajaman analisisnya. Dengan kedewasaannya ia mulai mencari solusi dari masalah kami. Najib sering menjadi penengah dyantara kami ketika kami sedang memperdebatkan suatu masalah.
Najib, sedewasa itulah kamu,.???”.

Hadi
Pria ini sangat pandai dalam berkomunikasi karena kata – kata yang keluar dari mulutnya semua mempunyai catatan kaki.
(alias pria ini cerdas…).

Rasya…
Ku kagum padanya karena pengetahuannya yang sangat luas dan tak segang – segang ia berbagi pada kami.
(Rasha, kamu ngakk pelit ilmu).

Aprilia Zakiyah…
Itu namaku, seorang cewek yang ditakdirkan berdiri dyantara barisan orang – orang luar biasa. Aku tidak jenius namun nasib menuntun langkahku menuju perguruan tinggi dan dipertemukan dengan mereka. Orang – orang luar biasa…
***

Merekalah sederet dari sekian banyak  orang – orang luar biasa yang ada di ruanganku. Dan hanya akulah satu – satunya tak seluar biasa mereka.

Sejenak aku merenung, apakah aku harus memberontak pada Allah karena telah ditakdirkan berada  dyantara orang – orang luar biasa, yang membuatku terasingkan di keramaian dan mengharuskanku menarik diri dari mereka,.?? Ataukah aku harus bersyukur pada Allah karena telah dipertemukan dengan orang – orang luar biasa seperti mereka, yang mampu memberiku sejuta ilmu kehidupan,.??

Entahlah…. Namun saat ini aku mulai tertarik  untuk mempelajari sifat – sifat luar biasa dari mereka, mereka adalah inspirasiku, mereka adalah teman – temanku, mereka adalah sahabat – sahabatku, mereka adalah saudara – saudariku. Mereka adalah atom – atom biru yang mampu memberikan warna biru pada langit jiwaku, yang mampu meneduhkan mataku jika memandangnya. Mereka adalah neurone – neurone yang mampu menghubungkan saraf pada jiwa dan pikirannku, dan mampu menuntun langkahku… J

Terimah kasih, ya.. Allah karena engkau telah mengirimkan mereka untukku... Untuk seorang wanita sepertiku,... (^0^). Terima kasih teman – temanku.

Pril,... April,...!!”
suara itu terdengar dari samping kananku, ternyata itu suara Ryan yang berusaha untuk membuyarkan lamunanku.

Ryan
Aku hampir lupa dengan temanku satu ini, Ryan punya segalanya, dya kriteria pria yang banyak diidamkan para wanita, bergaul dengan siapa saja, tak pernah memandang cantik, gagah, kurang cantik, kurang gagah, jenius, kurang jenius, tajir, kurang tajir, n  udik. Dya menghargai siapapun yang dikenalnya. Termasuk aku.

Pril,.. April,.. ada apa, kamu melamun yachh,.??”

Oooppsstt.... aku terlalu lama memandangnya...!! (^0^)
***

Ku persembahkan untuk Nagh NH.09.A5.A6
Semoga makin kompak selalu.
Dhiyah MuhaRRikah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Tulislah walau satu kata,.!!