Mata
Kuliah : Anestesi
TERAPI OKSIGEN
Oleh :
Kelompok II
Muhammad Ridwan
Muhammad Subhan S
Muhammad Yusbar
Muhammad Firdaus
Mukrimah Y
Munawarah Kasim
Musayyanah
Musdalifah
Musdalifah HD
Musfiqah Said
Mutmainnah Achmad
Muthmainnah
Mutmainnah Dahlan
Nadharatunnaim
Nadwiyah MuhaRRikah
Nani Wahyuna
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Oksigen ( ) merupakan salah satu komponen gas dan
unsur vital dalam proses metabolism
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen
ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian
kejaringan tubuh ditentukan oleh interaksi
system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis.
Adanya
kekurangan ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam
proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam
kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalam
mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah .
Pemberian terapi dalam asuhan keperawatan, memerlukan
dasar pengetahuan tetang factor-faktor
yang mempengaruhi masuknya dari atmosfir
singga sampai ketingkat se melalui alveoli paru dalam proses respirasi.
Berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian metode pemberian dan bahaya-bahaya pemberian .
Proses
respirasi merupakan proses pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui
kerjasama dengan sistem kardiovaskuler dan kondisi hematologis.
Oksigen di
atmosfir mengandung konsentrasi sebesar 20,9 % akan masuk ke alveoli melalui
mekanisme ventilasi kemudian terjadi proses pertukaran gas yang disebut proses
difusi. Difusi adalah suatu perpindahan/ peralihan O2 dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dimana konsentrasi O2 yang
tinggi di alveoli akan beralih ke kapiler paru dan selanjutnya didistribusikan
lewat darah dalam 2 (dua) bentuk yaitu : (1) 1,34 ml O2 terikat
dengan 1 gram Hemoglobin (Hb) dengan persentasi kejenuhan yang disebut dengan
“Saturasi O2”
(SaO2),
(2) 0,003 ml O2 terlarut dalam 100 ml plasma pada tekanan parsial O2 di
arteri (PaO2)
1 mmHg.
B.
Tujuan
1.
Memahami
pengertian dan tujuan dari pemberian terapi oksigen
2.
Mengetahui
indikasi pemberian terapi oksigen
3.
Mengetahui
syarat-syarat pemberian oksigen
4.
Mengetahui
indikasi penberian oksigen
5.
Mengetahui
metode-metode pemberian terapi oksigen
6.
Mengetahui
bahaya pemberian oksigen.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Terapi
oksigen () merupakan
Salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan
yang adekuat adalah terapi oksigen (O2).
Terapi
oksigen merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
termasuk keperawatan terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien.
Pengetahuan perawat yang memadai terhadap proses respirasi dan indikasi serta
metode pemberian oksigen merupakan bekal bagi perawat agar asuhan yang
diberikan tepat guna dengan resiko seminimal mungkin.
Terapi
oksigen adalah pemberian oksigen sebagai intervensi medis, yang dapat untuk
berbagai tujuan di kedua perawatan pasien kronis dan akut.
Oksigen
sangat penting untuk metabolisme sel, dan pada gilirannya, oksigenasi jaringan
sangat penting untuk semua fungsi fisiologis normal.
B.
Tujuan pemberian terapi oksigen () .
1. Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah.
2. Untuk menurunkan
kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.
C.
Syarat-syarat pemberian oksigen ()
1. Dapat mengontrol
konsentrasi oksigen udara inspirasi.
2. Tahanan jalan nafas
yang rendah.
3. Tidak terjadi
penumpukan CO2.
4. Efisien.
5. Nyaman untuk pasien.
Dalam
pemberian terapi oksigen perlu diperhatikan “Humidification”. Hal
ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami
humidfikasi sedangkan oksigen yang diperoleh dari sumber oksigen (tabung O2)
merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat
dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.
D.
Indikasi pemberian oksigen ().
1.
Klien dengan kadar oksigen arteri rendah
dari hasil analisa gas darah.
2.
Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh
berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya
pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan.
3.
Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung
berusaha untuk mengatasi gangguan oksigen melalui peningkatan laju
pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan indikasi tersebut maka terapi pemberian oksigen
diindikasikan pada klien dengan gejala :
1.
Klien dengan keadaan tidak sadar.
2.
Sianosis.
3.
Hipovolemia.
4.
Perdarahan.
5.
Anemia berat.
6.
Keracunan gas karbondioksida.
7.
Asidosis.
8. Selama dan
sesudah pembedahan.
E.
Metode pemberian oksigen.
Pemberian
oksigen dibagi menjadi 2 tehnik yaitu :
1.
Sistem
aliran rendah.
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi
tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan
untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola
pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan
pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah yaitu :
a.
Keteter
Nasal
Merupakan
suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu
dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% – 44%.
§ Kentungan
Pemberian
oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
§ Kerugian
Tidak
dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi
lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih
dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung,
serta kateter mudah tersumbat.
b.
Kanul
nasal
Merupakan suatu alat
sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt
dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
§ Keuntungan.
Pemberian
oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
§ Kerugian.
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih
dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah
lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir.
c.
Sungkup muka sederhana.
Merupakan alat
pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8 liter/mnt dengan
konsentrasi oksigen 40 – 60%.
§ Keuntungan.
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih
tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan
melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian
terapi aerosol.
§
Kerugian.
Tidak dapat
memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2
jika aliran rendah.
d.
Sungkup muka dengan kantong
Rebreathing.
Suatu teknik pemberian oksigen dengan
konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt .
§ Keuntungan.
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup
muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir .
§
Kerugian.
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi
rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2,
kantong oksigen bisa terlipat.
e. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing.
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi
oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt dimana udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
§ Keuntungan.
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat
mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
§ Kerugian.
Kantong oksigen bisa terlipat.
2.
System aliran tinggi.
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih
stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini
dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh
tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu
gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan
dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan
negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan
lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan
konsentrasi 30 – 55%.
§
Keuntungan.
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan
sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas
terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak
terjadi penumpukan CO2.
§
Kerugian.
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi
rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2,
kantong oksigen bisa terlipat.
F.
Bahaya pemberian oksigen ().
Pemberian oksigen bukan hanya memberikan
efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan efek merugikan, antara lain :
§
Kebakaran.
Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat
memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian
oksigen harus menghindari : Merokok, membuka alat listrik dalam area
sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.
§
Depresi ventilasi.
Pemberian oksigen yang tidak dimonitor
dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat
menekan ventilasi.
§
Keracunan oksigen.
Dapat terjadi bila terapi oksigen yang
diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat
merusak struktur jaringan paru seperti atelektasis dan kerusakan surfaktan.
Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai intervensi
medis, yang dapat untuk berbagai tujuan di kedua perawatan pasien kronis dan
akut.
Oksigen sangat penting untuk metabolisme sel, dan pada
gilirannya, oksigenasi jaringan sangat penting untuk semua fungsi fisiologis
normal.
Ruang udara hanya berisi 21% oksigen, dan meningkatkan
fraksi oksigen dalam gas pernapasan meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Hal ini sering hanya diperlukan untuk meningkatkan fraksi
oksigen dikirim ke 30-35% dan ini dilakukan dengan menggunakan kanula hidung.
Ketika
100% oksigen yang dibutuhkan, itu mungkin dikirimkan melalui masker wajah yang
ketat, atau dengan memasok oksigen 100% untuk inkubator dalam kasus bayi.
Darah tinggi dan kadar oksigen jaringan dapat membantu atau
merusak, tergantung pada keadaan dan terapi oksigen harus digunakan untuk
menguntungkan pasien dengan meningkatkan pasokan oksigen ke paru-paru dan
dengan demikian meningkatkan ketersediaan oksigen ke jaringan tubuh, terutama
bila pasien menderita hipoksia dan / atau hipoksemia.
DAFTAR PUSTAKA
Black, Joyce M. Medical Surgical Nursing ; Clinical Management For
Continuity Of Care, W.B Sunders Company, 1999
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah,
edisi bahasa Indonesia, vol. 8,
Jakarta, 2001
Carpenito, LYnda Juall. Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999
Kanul nasal
Non-rebreathing mask
Partial rebreathing mask
Simple oxygen mask
Venturi mask
0 komentar:
Posting Komentar
Tulislah walau satu kata,.!!