Mata Kuliah : Farmakologi
Dosen Pengasuh : Muthmainnah
OBAT
ANTI HIPERTENSI
Oleh
Kelompok 5:
Mutmainnah
Dahlan NH.01.09.237
Nadratunnaim NH.01.09.238
Nadwiyah
MuhaRRikah NH.01.09.239
Nani Wahyuna
NH.01.09.240
Nia
Anita Galman NH.01.09.241
Nur Alkadri Akbar NH.01.09.
Rizki handayani NH.01.09.
Rosdiana NH.01.09.
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
Kata
Pengantar
ﺒﺴﻢﷲﺍﻠﺮﺣﻣﻦﺍﻟﺮﺣﻳﻡ
Kami
memuji Allah dengan pujian yang
jumlahnya sebesar pujian yang diungkapkan oleh orang – orang yang memuji-Nya.
Sholawat dan salam kami limpahkan kepada nabi-Nya yang mulia dengan limpahan
yang jumlahnya sebanyak makhluk ciptaan-Nya.
Makalah
tentang OAH (Obat Anti Hipertensi), ini kami susun guna sebagai pembelajan kami
pada mata kuliah Farmakologi dengan dosen pengasuh “ Ibu Muthmainnah “.
Bontotangnga,..
Thursday,
January 05 2012
Kelompok
5
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bagi
praktisi dunia kesehatan, pasti tidak asing lagi dengan farmakologi obat dan
dosis dimana hampir semua lembaga pendidikan membahas pelajaran ini, baik itu
keperawatan, kedokteran, kesehatan masyarakat serta farmasi. Farmakologi atau
yang sering disebut dengan ilmu khasiat obat adalah merupakan ilmu yang
mempelajari obat dalam seluruh aspeknya baik sifat kimiawi, fisikanya, kegiatan
fisiologi, resorbsi dan nasibnya dalam organisme hidup.
Farmokologi
klinik menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh serta penggunaannya
pada pengobatan penyakit.
Penyakit
darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic
dan angka diastolic pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik berupa air raksa ataupun alat digital lainnya.
Bila
seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan
pengontrolan secara teratur, maka hal ini dapat membawa si penderita ke dalam
kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian.
B.
Tujuan
Dalam
makalah ini, diharapkan para pembaca dapat:
1. Memahami
prinsip dan aspek farmakologi
2. Memahami
perjalanan obat dalam tubuh
3. Memahami
dosis, efek samping, dan interaksi obat
4. Memahami
rute pemberian obat
5. Memahami
bentuk sediaan obat
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Definisi
a. Hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah di atas 140/90mmHg (WHO).
b. Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes)
c. Tekanan
Darah (TD) didistribusikan terus menerus, tidak ada definisi absolut untuk
hipertensi (Davey)
d. Obat
antihipertensi adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah
tingggi hingga mencapai tekanan darah normal.
e. Semua
obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat kontrol anatomis dan
efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme normal regulasi TD.
B. Patofisiologi
Perjalanan
penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita mungkin tidak menunjukkan gejala
selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perjalanan penyakit sampai
terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala, sifatnya
nonspesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau hipertensi tetap tidak
diketahui dan tidak dirawat, maka akan mengakibatkan kematian karena payah
jantung, infark miokard, stroke atau payah ginjal. Mekanisme bagaimana
hipertensi dapat mengakibatkan kelumpuhan atau kematian berkaitan langsung
dengan pengaruh pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah
sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri;
akibatnya beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertropi
ventrikel untuk meningkatkan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui,
dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam oleh semakin
parahnya aterosklerosis koroner . bila proses aterosklerosis berlanjut maka
suplai oksigen miokar berkurang. Kebutuhan miokardium akan meningkat akibat
hipertropi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung, akhirnya menyebabkan
angina atau infark miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi
adalah akibat infark miokard atau payah jantung.
C. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan Penyebabnya
1. Hipertensi
Esensial/ Primer
Usia, stress psikologis, dan hereditas
(keturunan). Sekitar 90%.
2. Hipertensi
Sekunder
Kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan
kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit adrenal. Sekitar 10%.
D. Pengobatan
Farmakologis
1. Diuretik
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk
mengurangi curah jantung dan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan
air.
2. Antagonis
Reseptor- Beta
Bekerja pada reseptor Beta jantung untuk
menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
3. Antagonis
Reseptor-Alfa
Menghambat reseptor alfa diotot polos
vaskuler yang secara normal berespon terhadap rangsangan simpatis dengan
vasokonstriksi.
4. Kalsium
Antagonis
Menurunkan kontraksi otot polos jantung
dan atau arteri dengan mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk
kontraksi. Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
5. ACE
inhibitor
Berfungsi untuk menurunkan angiotensin
II dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung
menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis
aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui urine sehingga volume plasma dan curah
jantung menurun.
6. Vasodilator
E. Klasifikasi
OAH (obat anti hipertensi) didasarkan pada tempat regulasi utama atau titik
tangkap kerjanya
1. DIURETIK
1. Furosemide
·
Nama
paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix,
salurix, uresix.
·
Sediaan
obat : Tablet, capsul,
injeksi.
·
Mekanisme
kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli
ke dalam intersitium pada ascending limb of henle.
·
Indikasi
: Edema
paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis,
nefrotik sindrom, hipertensi.
·
Kontraindikasi
: wanita
hamil dan menyusui
·
Efek
samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare.
·
Interaksi
obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek
ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan
bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan
bersamaan.
·
Dosis
: Dewasa 40 mg/hr
Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
2. HCT
(Hydrochlorothiaside)
·
Sediaan
obat : Tablet
·
Mekanisme
kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga
volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun.
·
Farmakokinetik
: diabsorbsi
dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan
hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
·
Indikasi
: digunakan
untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati, gagal ginjal
kronis, hipertensi.
·
Kontraindikasi
: hypokalemia,
hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada kehamilan.
·
Dosis
: Dewasa
25 – 50 mg/hr
Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam
2. ANTAGONIS
RESEPTOR BETA
1. Asebutol
(Beta bloker)
·
Nama
Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
·
Sediaan
obat : tablet, kapsul.
·
Mekanisme
kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas
renin, menurunka outflow simpatetik perifer.
·
Indikasi
:
hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma, kardiomiopati obtruktif
hipertropi, tirotoksitosis.
·
Kontraindikasi
:
gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus, bradikardia, depresi.
·
Efek
samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk,
lesu
·
Interaksi
obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi
bersama insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat
bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila
diberikan bersama dengan penghambat kalsium
·
Dosis
:
2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
2. Atenolol
(Beta bloker)
·
Nama
paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin,
internolol.
·
Sediaan
obat : Tablet
·
Mekanisme
kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi
perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin
akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
·
Indikasi
:
hipertensi ringan – sedang, aritmia
·
Kontraindikasi
:
gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia, syok kardiogenik,
anuria, asma, diabetes.
·
Efek
samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan
tidur, kulit kemerahan, impotensi.
·
Interaksi
obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan
bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat.
Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.
·
Dosis
:
2 x 40 – 80 mg/hr
3. Metoprolol
(Beta bloker)
·
Nama
paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
·
Sediaan
obat : Tablet
·
Mekanisme
kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi
perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin
akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di ginjal.
·
Farmakokinetik
:
diabsorbsi dengan baik oleh saluran
cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
·
Farmakodinamik
: penghambat
adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut
jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat
menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
·
Indikasi
: hipertensi,
miokard infard, angina pektoris
·
Kontraindikasi
:
bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik, gagal
jantung tersembunyi
·
Efek
samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
·
Interaksi
obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
·
Dosis
:
50 – 100 mg/kg
4. Propranolol
(Beta bloker)
·
Nama
paten : Blokard, Inderal, Prestoral
·
Sediaan
obat : Tablet
·
Mekanisme
kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah
jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di
pusat vasomotor otak.
·
Farmakokinetik
: diabsorbsi
dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah
berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat – obat lain yang juga
sangat mudah berikatan dengan protein.
·
Farmakodinamik
: penghambat
adrenergic beta menghambat perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut
jantung dan tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta dan
dapat masuk ke ASI.
·
Indikasi
:
hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik
hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
·
Kontraindikasi
:
syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung tingkat II dan
III, gagal jantung kongestif. Hati – hati pemberian pada penderita biabetes
mellitus, wanita haminl dan menyusui.
·
Efek
samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme,
agranulositosis, depresi.
·
Interaksi
obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine
karena menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan
penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan
bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan
obat ini. Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan
absorbsinya.
·
Dosis
:
dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
3. ANTAGONIS
RESEPTOR ALFA
Klonidin (alfa antagonis)
·
Nama
paten : Catapres, dixarit
·
Sediaan
obat : Tablet, injeksi.
·
Mekanisme
kerja : menghambat perangsangan saraf adrenergic di SSP.
·
Indikasi
: hipertensi,
migren
·
Kontraindikasi
: wanita
hamil, penderita yang tidak patuh.
·
Efek
samping : mulut kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
·
Interaksi
obat : meningkatkan efek antihistamin, andidepresan,
antipsikotik, alcohol. Betabloker meningkatkan efek antihipertensinya.
·
Dosis
: 150
– 300 mg/hr.
4. ANTAGONIS
KALSIUM
1. Diltiazem
(kalsium antagonis)
·
Nama
paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
·
Sediaan
obat : Tablet, kapsul
·
Mekanisme
kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium
melalui slow cannel calcium.
·
Indikasi
:
hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
·
Kontraindikasi
: wanita
hamil dan menyusui, gagal jantung.
·
Efek
samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan
saluran cerna.
·
Interaksi
obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama
beta bloker. Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama
amiodaron dan digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.
·
Dosis
:
3 x 30 mg/hr sebelum makan
2. Nifedipin
(antagonis kalsium)
·
Nama
paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat,
Nifecard, Vasdalat.
·
Sediaan
obat : Tablet, kaplet
·
Mekanisme
kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan
spasme arteri coroner.
·
Indikasi
: hipertensi,
angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung refrakter.
·
Kontraindikasi
: gagal
jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.
·
Efek
samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
·
Interaksi
obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi
berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan
waktu protombin bila diberikan bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan
kadarnya dalam plasma.
·
Dosis
: 3
x 10 mg/hr
3. Verapamil
(Antagonis kalsium)
·
Nama
paten : Isoptil
·
Sediaan
obat : Tablet, injeksi
·
Mekanisme
kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot jantung
dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri coroner, dan
menurunkan resistensi perifer sehingga menurunkan penggunaan oksigen.
·
Indikasi
: hipertensi,
angina pectoris, aritmia jantung, migren.
·
Kontraindikasi
: gangguan
ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi, blok jantung tingkat II dan III,
hipersensivitas.
·
Efek
samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema,
lesu, dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.
·
Interaksi
obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan efek
negative pada denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung. Meningkatkan kadar
digoksin dalam darah. Pemberian bersama antihipertensi lain menimbulkan efek
hipotensi berat. Meningkatkan kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin
menurunkan efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi bersama
flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate bila diberi bersama kuinidin.
Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.
·
Dosis
: 3
x 80 mg/hr
5. ACE
INHIBITOR (penghambat enzim konversi angiotensin)
1. Kaptopril
·
Nama
paten : Capoten
·
Sediaan
obat : Tablet
·
Mekanisme
kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan renin dan
aldosterone.
·
Indikasi
: hipertensi,
gagal jantung.
·
Kontraindikasi
: hipersensivitas,
hati – hati pada penderita dengan riwayat angioedema dan wanita menyusui.
·
Efek
samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi,
dyspepsia, pandangan kabur, myalgia.
·
Interaksi
obat : hipotensi
bertambah bila diberikan bersama diuretika. Tidak boleh diberikan bersama
dengan vasodilator seperti nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin
dan AINS lainnya menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
·
Dosis
: 2
– 3 x 25 mg/hr.
2. Lisinopril
·
Nama
paten : Zestril
·
Sediaan
obat : Tablet
·
Mekanisme
kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan
menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.
·
Indikasi
: hipertensi
·
Kontraindikasi
: penderita
dengan riwayat angioedema, wanita hamil, hipersensivitas.
·
Efek
samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi, bingung,
insomnia, pusing.
·
Interaksi
obat : efek hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretic. Indomitasin meningkatkan efektivitasnya. Intoksikasi litium meningkat
bila diberikan bersama.
·
Dosis
: awal
10 mg/hr
3. Ramipril
·
Nama
paten : Triatec
·
Sediaan
obat : Tablet
·
Mekanisme
kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan
menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.
·
Indikasi
: hipertensi
·
Kontraindikasi
: penderita
dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati – hati pemberian pada wanita
hamil dan menyusui.
·
Efek
samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri
perut, bingung, susah tidur.
·
Interaksi
obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretika. Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.
·
Dosis
: awal
2,5 mg/hr
6. VASODILATOR
1. Hidralazin
·
Nama
paten : Aproseline
·
Sediaan
obat : Tablet
·
Mekanisme
kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi
perifer menurun, meningkatkan denyut jantung.
·
Indikasi
: hipertensi,
gagal jantung.
·
Kontraindikasi
: gagal
ginjal, penyakit reumatik jantung.
·
Efek
samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna,
muka merah, kulit kemerahan.
·
Interaksi
obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama
diazodsid.
·
Dosis
: 50
mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik > 140 mmHg dan
tekanan diastolik > 90 mmHg (Kee & Hayes). Obat antihipertensi adalah
obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai
tekanan darah normal. Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih
tempat kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme
normal regulasi TD.
Pengobatan
Farmakologis
1. Diuretik
2. Antagonis
Reseptor- Beta
3. Antagonis
Reseptor-Alfa
4. Kalsium
Antagonis
5. ACE
inhibitor
6. Vasodilator
B.
Saran
Agar
kiranya makalah ini digunakan sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu, terutama
tentang obat antihipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.
Theodorus. Penuntun Praktis Peresepan Obat. Penerbit Buku Kedokteran
EKG.
Jakarta 1996.
Katzung G. Bertram. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 1.
Salemba Medika.
Jakarta
2001.
0 komentar:
Posting Komentar
Tulislah walau satu kata,.!!